AVES
(Paruh Bengkok)
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Zoologi Vertebrata
Dosen
SUMIYATI
SA’ADAH, S.Si, M.SI.
Di Susun Oleh :
Pitri Apriyanti (1210206072)
PROGRAM
STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI-B
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011/2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunianya
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aves”
Penyusun
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya
penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Bandung,
April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR
ISI ......................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 3
C. Tujuan.................................................................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................................................... 5
A. Pengertian
Aves................................................................................................... 5
B. Karakteristik Aves............................................................................................... 6
C. Struktur Bulu....................................................................................................... 6
D. Suara Burung...................................................................................................... 14
E. Sistem Rangka.................................................................................................... 16
F. System Pencernaan.............................................................................................. 17
G. System Pernafasan............................................................................................... 18
H. System Peredaran Darah...................................................................................... 21
I. System Ekresi....................................................................................................... 22
J. System Saraf........................................................................................................ 22
K. System Reproduksi.............................................................................................. 23
L. Klasifikasi ........................................................................................................... 24
M. Prilaku/kebiasaan.................................................................................................. 33
N. Habitat ................................................................................................................ 33
O. Paruh Burung Yang Bengkok.............................................................................. 37
P. Kegunaan Kerugian............................................................................................. 56
BAB
III PENUTUP.............................................................................................................. 57
III.1 Kesimpulan........................................................................................................ 57
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................ 60
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
belakang
Burung adalah anggota kelompok
hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil
tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.Jenis-jenis
burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga
burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800
– 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya
ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke
dalam kelas Aves.
Burung (kelas Aves) adalah binatang bersayap, berkaki dua,
endotermik (berdarah panas), bertelur, dan merupakan hewan vertebrata. mereka
sebagai hewan vertebrata tetrapod yang paling banyak. Burung mendiami ekosistem
di seluruh dunia, dari Kutub Utara ke Antartika. Saat ini masih ditemukan
burung berukuran dari 5 cm (2 inci) yakni Bee Hummingbird (kolibri lebah) dan
berukuran 3 m (10 kaki) yakni Ostrich.
Catatan fosil menunjukkan burung berevolusi dari dinosaurus
theropoda selama periode Jurassic, sekitar 150-200 juta tahun yang lalu, dan
burung diketahui paling awal adalah Archaeopteryx pada periode akhir era
Jurasik, sekitar masa 150-145 juta tahun lalu. Kebanyakan ahli paleontologi
menganggap burung sebagai satu-satunya clade dinosaurus yang selamat dari
kepunahan pada jaman Cretaceous-Tersier sekitar 65,5 juta tahun lalu.
Burung modern dicirikan oleh adanya bulu, paruh tanpa gigi,
telur bercangkang keras, tingkat metabolisme yang tinggi, memiliki empat bilik
jantung, dan tubuh yang ringan tapi berkarangka kuat. Semua burung memiliki
forelimbs yang diubah fungsi sebagai sayap dan dapat terbang dengan beberapa
pengecualian termasuk ratites, penguin, dan sejumlah spesies endemik berbagai
tempat di dunia. Burung juga memiliki pencernaan yang unik dan sistem
pernapasan yang disesuaikan untuk kegiatan terbang. Beberapa jenis burung,
terutama corvids dan beo, adalah salah satu spesies hewan paling cerdas;
beberapa jenis burung yang telah diamati manufaktur dan menggunakan alat-alat,
dan banyak spesies sosial budaya menunjukkan transmisi pengetahuan di seluruh
generasi.
Nama kelas aves berasal
dari bahasa latin, dan nama ilmu yang mempelajari burung ortinology berasal
dari bahasa yunani, yaitu ornis.
Meskipun burung
berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat,
suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang
disebut Archosauria.
Diperkirakan burung
berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan
tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang
merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk
sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu
ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah
berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan
perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di
sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu
ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara
tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi
semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat
menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat
perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh
paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu
menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu
mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat
ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi
pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa,
padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan
wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan
makanan utamanya.
Maka dikenal berbagai jenis burung yang
berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam
legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain.
Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang
keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk
menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan aves?
2. Bagaimana karakteristik aves?
3. Bagaimana struktur bulu pada aves?
4. Bagaimana suara burung ?
5. Bagaimana sistem rangkanya aves?
6.
Bagaimana system pencernaan aves?
7. Bagaimana system pernafasan aves?
8. Bagaimana system peredaran darah aves?
9. Bagaimana system ekresi pada aves?
10. Bagaimana system saraf pada aves?
11. Bagaimana system reproduksi aves?
12. Bagaimana klasifikasi ?
13. Bagaimana prilaku/kebiasaan aves?
14. Bagaimana habitat ?
15. Bagaimana bentuk paruh burung yang bengkok?
16. Apa kegunaan kerugian aves?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan aves
2. Untuk mengetahui karakteristik aves
3. Untuk mengetahui struktur bulu pada aves
4. Untuk mengetahui suara burung
5. Untuk mengetahui sistem rangkanya aves
6.
Untuk mengetahui system pencernaan aves
7. Untuk mengetahui system pernafasan aves
8. Untuk mengetahui system peredaran darah aves
9. Untuk mengetahui system ekresi pada aves
10. Untuk mengetahui system saraf pada aves
11. Untuk mengetahui system reproduksi aves
12. Untuk mengetahui klasifikasi
13. Untuk mengetahui prilaku/kebiasaan aves
14. Untuk mengetahui habitat aves
15. Untuk mengetahui paruh burung yang bengkok
16. Untuk mengetahui kegunaan
kerugian aves
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
AVES
Nama kelas “Aves” berasal dari bahasa Latin yang berarti
burung, Ilmu yang mempelajari burung Ornithologi yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “ornis”.
Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia;
sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves
atau burung memiliki ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka
bisa terbang. Kelas aves adalah satu-satunya kelompok hewan yang memiliki bulu,
(jangan salah mamalia berambut, bukan berbulu). Hal ini merupakan keunikan
tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Berikut adalah uraian singkat tentang
kelas aves.
Burung merupakan hewan
yang tubuhnya diselaputi oleh blu-bulu. Anggota depannya berubah menjadi
sepasang sayap.
Burung merupakan hewan
yang paling banyak diketahui dan mudah di kenali, karena burung banyak
diketahui disekitar manusia dan aktif pada siang hari. Burung memiloiki ciri
yang khas yaitu memiliki bulu yang menutupi dan mellindungi tubuhnya sehingga
dapat mempertahankan suhu tubuh yang berbeda dengan suhu lingkungannya.
Selain itu bulu burung
sangat berperan saat waktu terbang, selain burung tidak ada hewan lain yang
memiliki bulu. Dengan memiliki kemampuan terbang butung dapat menghuni habitat
yang tidak dapat di huni oleh hewan lainnya.
Hampir setiap bagian
dari anatomi burung yang khas te rmodifikasi dalam beberapa hal untuk
meningkatkan kemampuan terbang, dan tulang-tulang burung memiliki struktur
internal yang menyerupai sarang lebah yang membuat mereka kuat namun ringan.
B.
KARAKTERISTIK
AVES
v Tubuh ditutupi bulu
v Memiliki 2 pasang anggota tubuh; 2
anggota tubuh depan dimodifikasi menjadi sayap yang digunakan untuk terbang; 2
anggota tubuh belakang dimodifikasi untuk berjalan, bertengger, atau berenang;
setiap kaki dilengkapi dengan 4 jari; kaki dan jari ditutupi kulit yang
mengalami kornifikasi.
v Skeleton tersusun atas tulang sejati;
mulut dilengkapi paruh dengan zat tanduk; tidak memiliki gigi (kecuali unggas
yang sudah punah); leher sangat fleksibel; pelvis mengalami fusi dengan
beberapa vertebra dan terbuka ke bagian ventral; sternum membesar; vertebra
ekor pendek dan mengecil ke arah posterior.
v Jantung terdiri dari 4 ruangan (2
serambi dan 2 bilik terpisah sempurna); sel darah merah berbentuk oval
bikonveks dan memiliki nukleus.
v Respirasi menggunakan paru-paru yang
melekat ke rusuk dan dilengkapi dengan kantung udara tipis yang memanjang di
antara organ internal; kotak suara (siring) terdapat di bagian dasar trakea.
v Terdapat 12 pasang saraf kranial
v Homoithermis
v Fertilisasi internal, telur
mengandung kuning telur yang besar, ditutupi cangkang yang keras, dan
diletakkan di luar tubuh untuk dierami, anak yang baru menetas dipelihara induknya
C.
STRUKTUR
BULU
“Dan
apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan
mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya di udara selain
yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu (QS. Surat
Al-Mulk: 19),
1) Pergantian Bulu
Bulu
burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi
dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan
digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut
dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu
tahun dan diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Umumnya
burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri
betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu
biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan.
Namun
ada juga yang mengalami pergantian bulu
parsial
oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin.
Sempurnanya
bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada
beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu.
Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies
burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret
bulu pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh
tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam). Bulu saat
menetas akan rontok dan diganti yang baru, sebagai berikut:
v Juvenal
plumage
(bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada burung passerine
hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu first winter
plumage.
v First
winter plumage
(bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir musim panas atau musim
gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari spesiesnya.
v First
nuptial plumage
(bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama yang akan rontok sebagai
akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
v Second
winter plumage
(bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu dewasa pada musim dingin
kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun pertama atau lebih dari
dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa kawin kedua pada
musim semi berikutnya.
Warna bulu burung jantan dan betina
dari sejumlah spesies adalah identik tetapi masih dapat dibedakan karena secara
mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah terutama bulu masa kawin. Namun
pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah
kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan dan bulu sayapnya lepas
sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya, itik jantan
ketika masa ini menjadi tidak menarik.
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh
vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara
filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan
sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya
mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya
sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput
epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang
halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup
bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah
sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan
selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
- Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di
seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati
dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa
barbulae di puncak.
- Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae
dengan perbedaan detail.
- Plumae, Bulu yang sempurna.
- Barbae
- Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki
filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula
yang saling bersambungan.
·
Susunan plumae terdiri dari :
Ø Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
Ø Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
Ø Rachis,
yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di
dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
Ø Vexillum,
yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral
dari rachis.
Gambar Struktur Bulu Burung
(sumber: Harunyahya.com)
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior,
sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung
pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut
teleoptile.
Menurut
letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
- Tectrices, bulu yang menutupi
badan.
- Rectrices, bulu yang berada
pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi.
- Remiges, bulu pada sayap yang
dibagi lagi menjadi:
- remiges primarie yang
melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada
metacarpalia.
- Remiges secundarien yang
melekatnya secara cubital pada radial ulna.
- Remiges tertier yang terletak
paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku.
- Parapterum, bulu yang menutupi
daerah bahu.
- Ala
spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).
Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut
sebagai bulu powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya
tetapi barbulaenya terpisah
menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini belum
jelas, tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu
bubuk membantu mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur saat
pengeraman.
Burung Hantu
Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di
bawah bulu-bulu luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang
melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala burung Caprimulgids dan burung
penangkap serangga flycatchers (Sukiya, 2003). Bristle yang menutupi lubang
hidung terdapat pada burung pelatuk. Hal ini merupakan bentuk adaptasi burung
pelatuk agar partikel-partikel kayu tidak masuk saluran pernafasan. Bristle
pada burung hantu dan caprimulgids membantu mendeteksi posisi sarang, tempat
bertengger dan benda yang menghalangi. Fungsi bristle didukung oleh adanya
getaran dan tekanan reseptor didekat folikel bulu (Sukiya, 2003).
Bentuk bulu ekor burung pada saat tidak terbang
bermacam-macam, antara lain berbentuk persegi, bertakik, bercabang, bulu
sebelah luar memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah panjang, bundar,
berbentuk cakram, berbentuk tingkatan, dan berujung runcing (Sukiya, 2003).
Bentuk ekor bulat (sumber: Foto KKL
KBS)
Bentuk ekor bulu sebelah luar
memanjang (sumber: Foto KKL KBS)
2) Warna Bulu
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan
refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen
pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid.
Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2,
yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin
terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam
sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat
kemerahan.
Burung Bayan (sumber Foto KKL KBS)
Butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu luar
memberikan efek ring Newton dan menyebabkan perubahan warna-warni bulu.
Warna hijau, biru dan violet tidak dihasilkan oleh pigmen tetapi tergantung
dari struktur bulu. Contohnya burung bluebird yang bulunya berwarna biru tetapi
tidak mengandung pigmen warna biru. Warna ini ditimbulkan oleh pigmen kuning
yang menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis
pemakan pisang memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu
menghasilkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin (Sukiya 2003). Salah
satu spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix,
mempunyai kuning telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid
dan 60% dari pigmen merah yang disebut astasantin.
Meski warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah
akibat faktor internal maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama
juga dapat berubah warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya.
Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung
terdapat dimorfisme warna dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak
berperan pada burung jantan, yaitu sebelum hingga awal pergantian bulu.
Sedangkan pada burung betina kemungkinan diinduksi oleh bulu burung jantan
dengan pengaturan testosteron.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna
adalah oksidasi dan gesekan/abrasi. Warna yang ditimbulkan karoten dapat
memudar karena sinar matahari.
3) Aransemen Bulu
Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang
pada bidang-bidang terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil
yang tidak ditumbuhi bulu disebut apterile. Pengecualian pada penguin
dan burung kiwi yang bulunya menutupi hampir sebagian besar tubuhnya. Bulu
burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada, yaitu:
- capital
tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan
terus ke pterilae berikutnya.
- Spinal
tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar ekor
dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
- Ventral
tract, berawal
diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi ventral leher.
Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang sisi tubuh dan
berakhir disekitar anus. Bagian apterilae dadabawah dan perut beberapa burung,
kaya pembuluh darah selama bersarang dan merupakan daerah mengeram (brood
patch). Pada saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan
kulitnya tipis.
- Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang
sejajar seperti pita sempit yang meluas ke belakang pada sisi pundak.
- Caudal
tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
- Alar
tract termasuk
berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan
sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap
disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
- Femoral
tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut ke
tubuh.
- Crural
tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya,
2003).
D.
SUARA BURUNG
“Dan Sulaiman telah
mewarisi Daud.., dan dia berkata: “ Hai manusia, kami telah diberi pengertian
tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua ini
benar-benar suatu kurnia yang nyata” . (QS.
An-Naml: 16)
Organ tempat
dihasilkannya suara pada burung adalah syring (Young, 1981; Lundberg dan
Alatalo, 1992). Syring atau kotak suara (voice box) terdapat pada
persimpangan antara trakhea dengan bronkus. Pada syring terdapat sepasang membran
tymphani semilunar (MTM) yaitu selaput yang bergetar dan menghasilkan bunyi
jika dilewati oleh udara.
Ada dua jenis
suara pada burung, yaitu call dan song. Jenis suara call
digunakan dalam komunikasi sosial antar sesamanya, sebagai isyarat adanya musuh
dan ketika menemukan makanan. Jenis suara song merupakan tipe suara
untuk menyatakan daerah kekuasaan (klaim teritorial) dan ketika mau mengawini
pasangannya (Young, 1981).
Fungsi Suara Pada Burung
1) Fungsi suara yang utama pada burung adalah untuk
bertasbih kepada Allah SWT. Jangan Anda beranggapan bahwa kicauan burung-burung
adalah sebuah kesenangan semata, tetapi burung-burung tersebut sedang bertasbih
dan membesarkan asma Allah, Rabb Maha Pencipta. Bukankah Al Qur’an menjelaskan
bahwa semua yang ada di permukaan bumi bertasbih kepada Allah, Tuhan Yang
Menciptakannya [Al Qur’an Surat Al Israa’ ayat 44].
2) Pada burung, suara juga berfungsi dalam menandai
wilayah kekuasaan (klaim teritorial) dan atraksi sebelum mengawini
pasangannya (Lundberg dan Alatalo, 1992). Selain itu.
3) suara juga berfungsi sebagai indikator kesejahteraan
hewan (animal welfare) (Koene, 2001) dan sebagai ekspresi emosional dan
status fisiologi hewan (Koene, 1996). Oleh karena itu, dengan mendengarkan
suara kita dapat mengetahui apakah seekor burung dalam keadaan sehat atau
sakit.
4) Selain itu, suara juga dapat dijadikan sebagai
penanda individu, karena setiap individu mempunyai karakteristik suara yang
spesifik. Belakangan, suara juga telah digunakan dalam proses penyembuhan (sound
therapy), terutama bermanfaat dalam penyembuhan penyakit kejiwaan seperti
stres pada manusia. Dengan menggunakan getaran suara pada frekuensi tertentu,
suara dapat digunakan dalam proses penyembuhan.
E.
SISTEM RANGKA
a)
Struktur rangka
Burung memiliki struktur tulang yang beradaptasi untuk
terbang.Adaptasi tulang burung adalah sebagai berikut :
v Burung
memiliki paruh yang lebih ringan dibandingkan rahang dan gigi pada hewan
mamalia.
v Burung
memiliki sternum (tulang dada) yang pipih dan luas, berguna sebagai tempat pelekatan
otot terbang yang luas.
v Tulang-tulang
burung berongga dan ringan .Tulang-tulang tersebut sangat kuat karena memiliki
struktur bersilang.
v Sayap
tersusun dari tulang-tulang yang lebih sedikit dibandingkan tulang-tulang pada
tangan manusia.Hal ini berfungsi untuk mengurangi berat terutama ketika burung
terbang.
v Tulang
belakang bergabung untuk memberi bentuk rangka yang padat,terutama ketika
mengepakkan sayap pada saat terbang.
v Burung
juga memiliki tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang.Anggota depan
berubah fungsi menjadi sayap.Tulang dan dada membesar dan memipih sebagai
tempat melekatnya otot-otot dan sayap.Hal ini memungkinkan burung untuk
terbang.
b) Fungsi
Rangka
Berikut
fungsi rangka pada burung perkutut :
· Tengkorak : Melindungi otak dan isi kepala
· Tulang leher : Untuk menghubungkan ke tempurung kepala.
· Tulang lengan : Untuk menggerakkan sayap.
· Tulang hasta : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang lengan.
· Tulang pengumpil : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang lengan.
· Korakoid : Penghubung tulang dada.
· Tulang dada : Tempat melekatnya otoT untuk terbang.
· Tulang rusuk : Tulang yang melindungi isi perut.
· Pelvis : Penghubung tulang ekor.
· Tulang ekor : Tulang penghubung dengan kloaka.
· Tulang kering : Penghubung tulang paha kebetis.
· Tulang paha : Untuk persendian.
· Tengkorak : Melindungi otak dan isi kepala
· Tulang leher : Untuk menghubungkan ke tempurung kepala.
· Tulang lengan : Untuk menggerakkan sayap.
· Tulang hasta : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang lengan.
· Tulang pengumpil : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang lengan.
· Korakoid : Penghubung tulang dada.
· Tulang dada : Tempat melekatnya otoT untuk terbang.
· Tulang rusuk : Tulang yang melindungi isi perut.
· Pelvis : Penghubung tulang ekor.
· Tulang ekor : Tulang penghubung dengan kloaka.
· Tulang kering : Penghubung tulang paha kebetis.
· Tulang paha : Untuk persendian.
F.SISTEM
PENCERNAAN
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan
kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1)
Paruh: merupakan modifikasi dari
gigi, yang berfungsi untuk mengambil makanan
2)
Rongga mulut: terdiri atas rahang
atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut danTanduk.
3)
Faring: berupa saluran pendek,
4)
Esofagus: pada burung terdapat
pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan
makanan yang dapat diisi dengan cepat,
5)
Lambung terdiri atas:
6)
Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak
menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
7)
Ventrikulus (lambung
pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal.
8)
Pada burung pemakan biji-bijian
terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk
membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”,
9)
Intestinum: terdiri atas usus halus
dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
10)
Usus halus pada burung terdiri dari
duodenum, jejunum dan ileum.
11)
Kelenjar pencernaan burung meliputi:
hati, kantung empedu, dan pankreas.
Sistem
Pencernaan burung
Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi
untuk mengambil makanan.Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk kedalam
rongga mulut lalu menuju kerongkongan.Bagian bawah kerongkongan membesar berupa
kantong yang disebut tembolok.Kemudian masuk ke lambung kelenjar .Disebut
lambung kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah
lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi.Kemudian makan masuk
menuju lambung pengunyah.Disebut lambung pengunyah karena dindingnya mengandung
otot-otot kuat yang berguna untuk menghancurkan makanan.Didalam hati,empedal
sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara
mekanis. Kemudian,makanan masuk menuju usus halus.Enzim yang dihasilkan oleh
pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus halus.Hasil pencernaan berupa sari-
sari makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus.Burung
mem-punyai dua usus buntu yang terletak antara lambung dan usus.Usus buntu
berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan. Sisa makanan didorong
ke usus besar kemudian kedalam poros usus (rektum) dan akhirnya dikeluarkan
melalui kloaka.
Sistematis
pencernaan makanan pada burung :
Mulut / paruh → Kerongkongan → Tembolok → Lambung kelenjar →
Lambung pengunyah → Hati → Pankreas → Usus halus → Usus besar →
Usus buntu → Poros usus (rectum) → Kloaka.
Mulut / paruh → Kerongkongan → Tembolok → Lambung kelenjar →
Lambung pengunyah → Hati → Pankreas → Usus halus → Usus besar →
Usus buntu → Poros usus (rectum) → Kloaka.
G. SISTEM PERNAFASAN
a.
Burung mempunyai alat pernafasan
(pulmo). Ukuran pulmo relatif kecil di bandingkan ukuran tubuhnya. Paru-paru
burung terbentuk untuk bronkus primer, bronkus skunder da pembuluh brokiolus.
Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus yang merupakan bronkiolus
terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus sekunder anterior dan
posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus. Ventrobronkus dan
dorsobronkus dihubungkan oleh parabronkus. Paru-paru burung memiliki
kurang/lebih 10000 buah. Parabronkus yang garis tengahnya kurang/lebih 0,5mm.
sepasang paru-paru pada burung menempel di dinding dada bagian dalam. Paru-paru
burung memiliki perluasan yang disebut kantong udara sakus pneumatikus yang
mengisi daerah selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang
humerus, dan daerah leher.
Alat
pernapasan yang terdiri atas:
a. Lubang hidung
b. Celah tekaka pada faring, berhubungan dengan trakea.
c. Trakea berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun disepanjang trakea.
d. Siring (alat suara), terletak dibagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara. Selain itu dapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput yang mudah bergetar.
a. Lubang hidung
b. Celah tekaka pada faring, berhubungan dengan trakea.
c. Trakea berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun disepanjang trakea.
d. Siring (alat suara), terletak dibagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara. Selain itu dapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput yang mudah bergetar.
Getaran
selaput suara tergantung besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot
sternotrakealis dan otot siringialis.
e. Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri.
f. Bronkus (cabang trakea), tertletak antara siring dan paru-paru.
g. Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
e. Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri.
f. Bronkus (cabang trakea), tertletak antara siring dan paru-paru.
g. Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Burung mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut
pundi-pundi udara yang berhubungan dengan paru-paru. Fungsi pundi-pundi udara
antara lain untuk membantu pernapasan dan membantu membesarkan rongga siring
sehingga dapat memperkeras suara. Proses pernapasan pada burung terjadi sebagai
berikut. Jika otot tulang rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah
depan dan tulang dada bergerak ke bawah.
Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini
menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam
pundi-pundi udara.
Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga udara dari pundi-pundi udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru. Untuk lebih jelas, dibawah ini akan dijelaskan bagaimana mekanisme pernapasan pada burung.
Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga udara dari pundi-pundi udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru. Untuk lebih jelas, dibawah ini akan dijelaskan bagaimana mekanisme pernapasan pada burung.
Pertukaran gas terjadi dalam paru-paru, tepatnya pada
parabronkus yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah. Paru-paru burung
berhubungan dengan sakus pneumatikus melalui perantara bronkus rekurens. Selain
berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, sakus pneumatikus juga
membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara, mencegah
hilangnya panas badan yang terlalu tinggi, menyelubungi alat-alat dalam untuk
mencegah kedinginan, serta mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung
perenang. Perubahan massa jenis ini dengan cara memperbesar atau memperkecil
kantong udara.
Mekanisme Pernafasan Burung Adalah Sebagai Berikut:
Pernapasan pada burung saat tidak terbang
1.
Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan –
volume rongga dada membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui
saluran pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan
O2 berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara
dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong udara.
2.
Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi
semula – rongga dada mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam
alveolus dan udara dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui
paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler
alveolus, dan darah melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2
dan O2 dapat berlangsung
saat inspirasi dan ekspirasi.
Pernapasan pada burung saat terbang
Pada saat terbang, burung tidak
dapat menggerakkan tulang rusuknya. Oleh sebab itu, pada saat burung terbang
yang berperan penting dalam pernapasan adalah kantong hawa. Inspirasi dan
ekspirasinya dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi hawa antar tulang
korakoid (bahu) dan pundi hawa bawah ketiak.
1.Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya udara
masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadilah inspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi
pertukaran gas O2 dan CO2.
2.Fase Ekspirasi : Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa ketiak
terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid mengembang, sehingga udara
mengalir keluar dari kantong hawa melewati paru-paru sehingga terjadilah ekspirasi. Saat melewati
paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2. Dengan
cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru burung saat terbang. Jadi pertukaran gas pada burung saat terbang
juga berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.
H. PEREDARAN DARAH BURUNG
peredaran darah burung. Peredaran darah burung tersusun oleh
jantung sebagai pusat peredaran darah, dan pembuluh-pembuluh darah. Darah pada
burung tersusun oleh eritrosit berbentuk oval dan berinti.
Jantung burung berbentuk kerucut dan terbungkus selaput perikardium. Jantung terdiri dari dua serambi yang berbdinding tipis serta dua billik yang dindingnya lebih tebal.
Jantung burung berbentuk kerucut dan terbungkus selaput perikardium. Jantung terdiri dari dua serambi yang berbdinding tipis serta dua billik yang dindingnya lebih tebal.
Pembuluh-pebmuluh darah dibedakan atas arteri dan vena.
Arteri yang keluar dari bilik kiri ada tiga buah, yaitu dua arteri anonim yang
bercabang lagi menjadi arteri-arteri yang memberi darah kebagian kepala, otot
terbang, dan anggota depan; dan sebuah aorta yang merupakan sisa dari arkus
aortikus yang menuju kekanan (arkus aortikus yang menuju kekiri mereduksi).
Pembuluh nadi ini kemudian melingkari bronkus sebelah kanan dan membelok kearah
ekor menjadi aorta dorsalis (pembuluh nadi punggung). Pembuluh nadi yang keluar
dari bilik kanan hanya satu, yakni arteri pulmonalis (pembuluh nadi paru-paru),
yang kemudian bercabang menuju paru-paru kiri dan kanan.
Pembuluh balik atau vena dibedakan atas:
1. Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior); vena ini membawa darah dari kepala, anggota depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju jantung.
2. Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior); membawa darah dari bagian bawah tubuh ke jantung.
3. Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri serta membawa darah menuju serambi kiri jantung.
Pembuluh balik atau vena dibedakan atas:
1. Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior); vena ini membawa darah dari kepala, anggota depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju jantung.
2. Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior); membawa darah dari bagian bawah tubuh ke jantung.
3. Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri serta membawa darah menuju serambi kiri jantung.
I.
SISTEM EKSKRESI
Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal
metanerfous.ginjal dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak
memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal burung lebih banyak dari pada mamalia
karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap 1ml kubik jaringan
korteks ginjal burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal ini membentuk
lengkung henle kecil.
Air dalam tubuh disimpan melelui reabsorpsi ditubulus. Di
dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh.
Sampah nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai
kristal putih yang bercampur feses.
Khusus pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresi asam urat juga garam. Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air garam dan memakan ikan laut yang mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam diatas mata. Larutan garam mengalir kerongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya garam keluar lewat ujung paruh.
Khusus pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresi asam urat juga garam. Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air garam dan memakan ikan laut yang mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam diatas mata. Larutan garam mengalir kerongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya garam keluar lewat ujung paruh.
J.SISTEM
SARAF
Susunan saraf pada burung serupa dengan susunan saraf pada
manusia dan hewan menyusui.Segala kegiatan saraf di atur oleh susunan saraf
pusat.
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum
belakang.Otak burung juga terdiri atas empat bagian ,otak besar,otak
tengah,otak kecil dan sum-sum lanjutan.Selain otak kecil maka otak besar pada
burung juga bisa tumbuh dengan baik.Otak besar burung berbeda dengan otak besar
pada manusia.
Permukaan otak besar pada burung tidak
berlipat-lipat,sehingga jumlah neuron padda burung berkembang dengan membentuk
dua gelembung.Perkembangan ini berhubungan dengan fungsi penglihatanya.
Otak kecil pada burung mempunyai lipatan-lipatan yang
memperluas permukaan sehingga dapat menampung sejumlah neuron yang cukup
banyak.Perkembangan Otak kecil ini berguna bagi pengaturan keseimbangan burung
di waktu terbang.
Pada retina mata burung ada dua macam sel indra penerima
rangsang cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang peka terhadap
rangsang cahaya lemah sedangkan sel kerucut peka terhadap cahaya yang kuat.
Burung malam memiliki retina yang banyak mengandung sel batang. Burung siang
memiliki banyak sel kerucut. Lensa mata pada burung mempunyai akomodasi yang
baik
K.SISTEM
REPRODUKSI
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok
burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam
tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
a.
Sistem Genitalia Jantan.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat,
bagian- permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian
paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan
disimpan spermatozoa.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus
aferen dan- epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen.
Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang
membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior
dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka
sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang
kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya
dengan ureter ketika masuk kloaka.
b.
Sistem Genitalia Betina.
Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang
berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang
sebelah kiri,- bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh
mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah
infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai
ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang
akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel
telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang
kapur.
c.
Proses Fertilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium
kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut
rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan
oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka.
Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan
bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada
saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak
mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang
telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh
induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas
dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru
menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta
perlu dibesarkan dalam sarang.
d. Fungsi
bagian-bagian telur aves :
- Titik embrio –> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
- Kuning telur –> cadangan makanan embrio
- Kalaza –> menjaga goncangan embrio
- Putih telur –> menjaga embrio dari goncangan
- Rongga udara –> cadangan oksigen bagi embrio
- Titik embrio –> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
- Kuning telur –> cadangan makanan embrio
- Kalaza –> menjaga goncangan embrio
- Putih telur –> menjaga embrio dari goncangan
- Rongga udara –> cadangan oksigen bagi embrio
Jantung burung gereja berdetak 460 kali dalam semenit. Suhu
tubuhnya adalah 108°F (42°C). Suhu tubuh setinggi ini, yang bisa berakibat
kematian pada binatang darat, sangat penting bagi kelangsungan hidup sang
burung. Tingkat energi yang tinggi yang diperlukan oleh burung untuk terbang
dihasilkan oleh metabolisme tubuh yang cepat ini.
L. KLASIFIKASI
Yang sudah punah:
1. Aepyornithiformes
2. Dinornithiformes
3. Hesperornis dan ichthyornis
4. Archaeopteryx
5. Diatryniformes
1. Aepyornithiformes
2. Dinornithiformes
3. Hesperornis dan ichthyornis
4. Archaeopteryx
5. Diatryniformes
Yang masih bertahan
1. Ordo
Apterygiformes
Merupakan
kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Bulu-bulu panjang seperti rambut,
tak bercabang.
b)
Sayap kecil.
c)
Paruh panjang, langsing, pada
ujungnya terdapat lubang hidung.
d)
Mata kecil.
e)
Leher dan tungkai relatif pendek.
f)
Jari-jari kaki belakang 4.
g)
Tulang dada tanpa lunas.
h)
Telurnya paling besar diantara
burung-burung yang masih hidup.
i)
Hidup di permukaan tanah, aktif di
malam hari (Nocturnal).
j)
Makanannya cacing atau serangga.
Contoh
spesiesnya: Apteryx australis (Burung Kiwi).
2. Ordo
Struthioniformes
Merupakan
kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Ukuran tubuhnya besar.
b)
Kepala, leher dan tungkai berbulu
tipis.
c)
Kepala kecil, leher panjang dan
teratur.
d)
Paruh pendek dan besar.
e)
Bulu tidak bercabang.
f)
Kaki berjari-jari dua.
g)
Tulang dada tanpa lunas.
h)
Terdapat simfisid pubis.
i)
Tanpa pygostyle.
Contoh
spesiesnya: Struthio camelus (Burung Unta).
3. Ordo
Rheiformes
Merupakan
kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Dapat berlari cepat.
b)
Kepala, leher dan paha berbulu.
c)
Bulu tak bercabang.
d)
Sayap cukup besar.
e)
Kaki berjari tiga dengan cakar yang
kuat.
f)
Tulang dada tanpa lunas.
Contoh
spesiesnya: Rhea Americana.
4. Ordo
Casuarriiformes
Merupaan
kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Ukuran tubuh besar.
b)
Kepala berbulu tipis, leher dan
badan berbulu tebal.
c)
Bulu bercabang hamper sama panjang
dengan induknya.
d)
Kaki berjari tiga, satu diantaranya
bercakar runcing.
e)
Tulang dada tanpa lunas.
f)
Sayap kecil.
Ordo ini
terdiri dari dua familia salah satunya familia Casuaridae Contoh spesiesnya:
Casuarius casuarius (Kasuari).
5. Ordo
Tinamiformes
Merupakan
kelompok burung-burung kecil, terestrial, tak pandai terbang dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a)
Sayap kecil bulat.
b)
Tulang dada berlunas.
c)
Bulu ekor dan pygossyle menyusut.
d)
Telur mengkilat.
e)
Pemakan tumbuhan.
Contoh
spesiesnya: Eudromia elegans.
6. Ordo
Podicipediformes
Mencakup
burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Hidup di air tawar, pandai menyelam.
b)
Tungkai terletak jauh di bagian
belakang tubuh.
c)
Kaki berlebus.
d)
Ekor pendek.
e)
Tempurung lutut besar.
f)
Tarsus pipih.
Contoh
spesiesnya: Podiceps cristalis.
7. Ordo
Gaviiformes
Mencakup
burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Tungkai pendek, terletak di bagian
belakang tubuh.
b)
Ekor terdiri atas 18 – 20 lembar
bulu yang kaku.
c)
Jari-jari berselaput renang.
d)
Patella (tempurung lutut) kecil.
e)
Pandai terbang,
Contoh
spesiesnya: Gavia immer.
8. Ordo
Spheniscitormes
Mencakup
semua jenis burung pinguin dengan ciri-ciri umum sebagai berikut:
a)
Burung air tidak dapat terbang.
b)
Memiliki bulu-bulu kecil seperti
sisik menutup seluruh tubuh.
c)
Sayap berbentuk seperti dayung,
berguna untuk terbang di dalam air.
d)
Kaki berjari-jari 4 menghadap ke
depan dan berselaput.
e)
Tulang-tulang berbentuk pipih.
f)
Di bawah kulit terdapat lapisan
lemak yang tyebal.
Contoh
spesiesnya: Aptenodytes forster (Pinguin).
9. Ordo
Procellariiformes
Kelompok
burung laut dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Lubang hidung berbentuk buluh.
b)
Paruh tertutup oleh beberepa
kepingan bahan tanduk.
c)
Di dalam kepala terdapat kelenjar
garam.
d)
Jari-jari belakang sangat mereduksi
atau menghilang sama sekali.
e)
Bulu-bulu tersususn padat dan tampak
berminyak.
f)
Sayap pankang dan sempit.
Ordo ini
terdiri dari empat familia dua di antaranya ialah familia Diomedeidae contoh
spesiesnya: Diomedea nigripes (Albatros) dan familia Hydrobatidae contoh
spesiesnya Hydrobales pelagicus.
10. Ordo
Pelecaniformes
Mencakup
burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Lubang hidung sangat mereduksi atau
tidak ada sama sekali.
b)
Mempunyao kantung leher.
c)
Kaki berjari 4 dan berselaput.
d)
Paruh panjang dapat membuka leher
untuk menangkap dan menelan ikan.
e)
Hidup berkoloni.
Ordo ini
mencakup enam familia, beberapa diantranya ialah familia Plecanidae dengan
contoh spesiesnya Pelecanus conspicillasis, familia Anhingidae dengan contoh
spesiesnya Anhinga anhinga, Phalocrocoracidae dengan contoh spesiesnya
Phalocrocorax carbo.
11. Ordo
Ciconiiformes
Mencakup
burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Leher dan tungkai panjang.
b)
Paruh besar lurus atau berombak
tajam.
c)
Jari-jari tanpa selaput.
d)
Bulu-bulu dekoratif.
e)
Burung yang baru menetas tidak
berbulu.
f)
Makanannya ikan, atau hewan-hewan
air yang lainnya.
Contoh:
familia Ardeidae dengan contoh spesiesnya Ardea herodria, familia cicoliniidae
dengan contoh spesiesnya Leptoptilos javanicus (Bangau).
12. Ordo
Anseriformes
Mencakup
bangsa itik dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Paruh lebar tertutup oleh lapisan
bahan tanduk yang lunak.
b)
Tepi paruh berlamela (berpematang)
transversal.
c)
Lidah berdaging.
d)
Tungkai pendek, jari-jari
berselaput.
e)
Ekor umumnya pendek, tersusun atas
banyak bulu.
Ordo ini
mencakaup dua familia yaitu familia Anhimidae dengan contoh spesiesnya Anhima
cornuta, dan familia Anatidae dengan contoh spesiesnya Anas platyrynchos.
13. Ordo
Falconiformes
Mencakup
burung-burung buas dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Paruh pendek, ujungnya melepas dan
runcing, tepi-tepinya tajam.
b)
Jari-jari kaki tajam melengkung
sesuai untuk mencengkram mangsanya.
c)
Kuat terbang.
Ordo ini
mencakaup lima familia diantaranya yaitu familia Falconidae dengan contoh
spesiesnya Falco peregrius, dan familia Accipitridae dengan contoh spesiesnya
Haliaster indus.
14. Ordo
Galliformes
Mencakup
burung-burung terrestrial dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Terbangnya pendek-pendek.
b)
Paruh pendek bulu dengan cabang
bulu.
c)
Kaki digunakan untuk berlari dan
mengais.
d)
Pemakan biji-biji rerumputan
(Graminivor).
Ordo ini
mencakaup tujuh familia diantaranya yaitu familia Megapodidae dengan contoh
spesiesnya Megapodius, dan familia Phasianidae dengan contoh spesiesnya Pavo
mulicus.
15. Ordo
Gruiformes
Mencakup
berbagai jenis burung yang mempunyai ukuran yang bervariasi dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a)
Ada yang tak pandai terbang dan yang
pandai terbang.
b)
Bulu-bulu bercabang.
c)
Tungkai panjang.
d)
Paruh besar.
Ordo ini
mencakaup dua belas familia, diantaranya yaitu familia Turnicidae dengan contoh
spesiesnya Turnix suscicator (Gemak puyuh), dan familia Rallidae dengan contoh
spesiesnya Porphyrula martinica.
16. Ordo
Caradriiformes
Mencakup
burung-burung pantai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Sayap dan tungkai panjang dan
ramping.
b)
Jari-jari berselaput.
c)
Paruh berbentuk buluh sebagi alat
penyedot.
d)
Bulu-bulu tebal, tersusun rapat.
Ordo ini
meliputi 16 familia, beberapa dianmtaranya ialah familia Jacanidae dengan
contoh spesiesnya Hydrophasianus chirurgus, familia Burhinidae dengan contoh
spesiesnya Numenius americanus, dan familia Laridae dengan contoh spesiesnya
Larus marinus.
17. Ordo
Columbiformes
Mencakup
burung-burung sebangsa merpati dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Paruh pendek dan langsing.
b)
Tarsus biasanya lebih pendek
daripada jari-jari.
c)
Kulit tebal dan halis.
d)
Tembolok besar dan menghasilkan
cairan seperti susu (pigeon susu) untuk anaknya.
e)
Pemakan biji-bijian (Graminivor) dan
buah-buahan (fragivor).
Ordo ini
mencakaup tiga familia, diantaranya yaitu familia Pteroclidae dengan contoh
spesiesnya Pterocles alchata, familia Raphidae dengan contoh spesiesnya Raphus
cuculatus dan familia columbidae dengan contoh spesiesnya Streptopelia
bitorquata.
18. Ordo
Psittaciformes
Mencakup
burung-burung sebangsa kakatua dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Bulu-bulu berwarna hijau, biru, kuning atau
hijau.
b)
Paruh pendek, sempit, tepinya tajam,
ujungnya berkait.
c)
Paruh bagian atas bersendi dengan
tengkorak sehingga dapat bergerak.
d)
Kaki bertipe “zygodactylus” (dua
jari ke depan dua jari ke belakang).
e)
Jari terluar tidak “reversible”
(tidak dapat dibalikka ke depan).
Ordo ini
mencakaup satu familia psittacidae dengan beberapa contoh spesiesnya Psittacula
alexandrii, Cacatua galerita dan Probosciger aterrimus.
19. Ordo
Cuculiformes
Mencakup
burung-burung yang sering di sebut kuko,dengan cirri-ciri sebagai berikut :
a)
Dua buah jari kaki ke depan, dua
buah yang lain ke belakang ; jari terluar dapat di balikan ke depan
b)
Kaki tidak sesusi dengan mencengkram
c)
Ekor panjang
d)
Paruh sedang
e)
Banyak anggota familia ini bersifat
parasit (yang betina menitipkan telur –telurnya di sarang burung lain ).
Ordo ini
mengcakup dua familia yaitu familia Mosophagidae dengan contoh spesies Tauraco.
familia Cuculidae dengan contoh spesies Centropus bengalensis dan Cuculus
canorus.
20. Ordo
Strigiformes
Mencakup
jenis –jenis burung hantu dengan cirri-ciri umum sebabgai berikut :
a)
Kepala besar dan bulat
b)
Mata besar dan menghadap ke depan,
di kelilingi oleh bulu-bulu yang tersusun radial ( menjari)
c)
Lubang telinga lebar, sering kali
tertutup oleh lipatan kulit
d)
Paruh pendek
e)
Jari kaki mempuyai cakar yang tajam
sesuai dengan fungsinya untuk mengcengkeram
f)
Aktif diwaktu malam
(nocturnal),predator.
Ordo ini
mencakup dua familia yakni familia Tytonidae dengan contoh spesies Tyto alba,
familia Strigidae dengan contoh spesies Bubo virginianus.
21. Ordo
Caprimulgiformes
Mencakup
jenis – jenis burung cabak dengan ciri-ciri umum sebagai berikut :
a)
Paruh kecil dan lunak
b)
Mulut lebar, tepi paruh bagian atas
tertutup oleh bulu-bulu peraba yang bentuknya seperti rambut-rambut kaki;
c)
Bulu-bulu halus
d)
Kaki kecil dan linak
e)
Nocturnal, insektivor.
Ordo ini
mencakup lima familia. Dua diantaranya adalah familia Caprimulgidae dengan
contoh spesies Caprimulgus vociverus familia Podargidae dengan contoh spesies
Podargus.
22. Ordo
Apodiformes
Mencakup
sebangsa burung layang-layang dengan ciri-ciri umu sebagai berikut :
a)
Tubuh kecil
b)
Tungkai sangat kecil
c)
Sayap runcing
d)
Paruh kecil dan lunak, ada yang
langsing dengan lidah berbentuk bulu panjang.
Ordo ini
mengcakup tiga familia. Dua diantaranya ialah familia Apodidae dengan contoh
spesies Collcalia esculenta dan familia Trochilidae denagan contoh spesies
Colibri coruncans.
23. Ordo
Trogoniformes
Mencakup
burung-burung dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a)
Paruh pendek dan bahu dengan
“rambut-rambut bahu” pada pangkalnya
b)
Kaki kecil dan lunak
c)
Bulu-bulu berwarna cerah, seringkali
berwarna hijau.
Ordo ini
mengcakup satu familia Trogonidae dengan salah satu contoh spesies Trogon
viridis.
24. Ordo
Coliiformes
Mencakup
burung-burung dengan ciri-ciri sebgai berikut :
a)
Kaki bertipe paserin ( tiga jari
kedepan, satu jari kebelakang )
b)
Jari ke-1 dan ke-4 reversibel
c)
Ekor sangat panjang
d)
Pemakan serangga (insektivor) dan
buah (frugivor)
Ordo ini
mencakup satu familia Colidae dengan contoh spesies Colius macrouros.
25. Ordo
Coraciiformmes
Mencakup
berbagai jenis burung yang morfologis yang tidak begitu mirip.ciri-ciri umumnya
sebagai berikut :
a)
Paruh kuat
b)
Jari-jari ke-3 dan ke -4 bersatu
pada bagian pangkal.
Ordo ini
mencakup tujuh familia. Dua di antaranya adalah familia Alcedinidae dengan
contoh spesies Halcyon chloris dan familia Bucerotidae dengan contoh spesies
Buceros bicornis (enggang).
26. Ordo
Piciformes
Mencakup
jenis-jenis burung yang morfologis tidak begitu mirip.ciri-ciri umumnya adalah
sebagai berikut :
a)
Paruh kuat
b)
Bulu ekor kaku,ujungnya runcing
c)
Lidah dengan ujung yang kasar atau
di lengkapi dengan bayangan seperti bulu. Lidah dapat di julurkan.
Ordo ini
mengcakup lima familia. Tiga diantaranya ialah familia Capitonidae dengan
contoh spesies Megalaima corvina, familia Ramphasidae dengan contoh spesies
Ramphastor sulfuratus familia Picidae dengan contoh spesies Dinopium javanense.
27. Ordo
Passeriformes
Mencakup
sejumlah besar jenis burung dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Kaki berjari-jari empat,3 ke depan
dan 1 ke belakang
b)
Paruh sesuai dengan memotong.
Ordo ini
mencakup sekitar 69 familia. Beberapa contohnya ialah familia Hirundinidae
dengan contoh spesies Hirundo rustica, Dicruridae dengan contoh Dicrurus
macrocercus, Oriolidae dengan contoh Oriolus chinensis.
M.PERILAKU
/ KEBIASAAN
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip
telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis
burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir
yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air
panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari
daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu;
persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.
Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan
telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara
sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di
tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah
terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara
rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong,
walet, dan namdur.
Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah,
sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada
jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam
mencari makanan dan perlindungan. Anak burung gosong bisa segera berlari
beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang.
Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan
masing-masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan,
biasanya dilakukan oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung
merak dan cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si
betina. Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan
sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan
dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila
betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya.
N.
HABITAT
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga
terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis
yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar,
ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa
sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah
udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya
rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya
tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang
kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan
lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka
bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka
menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan.
Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah
lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis
beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Contoh
habitat dan spesiesnya:
1) Hutan
1) Hutan
Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili
Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur,
pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota
keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama
bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau
kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram
dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod
Jambul-bergulung pada 430 gram.
Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus
Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea
apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari
ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang
sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh
para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah
mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama
bird of paradise (‘burung surga’ oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda –
yang berarti ‘tak berkaki’.
2) Perkotaan/ pedesaan
2) Perkotaan/ pedesaan
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas
yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup
pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat “ayam” saja) merupakan
keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai
ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl).
Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur
unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah
ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam
biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang
menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar. Dengan
populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly’s Bird Encyclopaedia
menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam
memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur.
Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe
kelamin (dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif,
berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu
ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran
kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor
pendek. Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia
membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di
sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam
peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak
menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon.
3).Wilayah kutub
3).Wilayah kutub
Di seluruh dunia terdapat 17 hingga 19 spesies pinguin,
tergantung pada apakah dua spesies Eudyptula dihitung juga sebagai spesies.
Walaupun seluruh jenis pinguin awalnya berasal dari belahan bumi selatan, namun
pinguin tidak hanya ditemukan di daerah dingin atau di Antartika saja. Terdapat
tiga spesies pinguin yang hidup di daerah tropis. Salah satu spesies hidup di
Kepulauan Galapagos (Pinguin Galapagos) dan biasanya menyeberangi garis
khatulistiwa untuk mencari makan.
4). Padang rumput
4). Padang rumput
Burung unta Burung Unta (Ostrich) bukan sembarang burung.
Tinggi badannya dapat mencapai 2,5 meter dengan berat 180 kg. Selain besar.
Burung Unta juga memiliki daya tahan yang luar biaya. Burung ini bisa bertahan
hidup pada suhu di atas 40 derajat Celcius hingga suhu 0 derajat Celcius.
Umurnya juga terbilang panjang. bisa mencapai usia sekitar 50 tahun. Walau
begitu, sekalipun Burung Unta sedemikian besar, pengeluaran untuk biaya makan
Burung Unta hanya mencapai kira-kira USD75 setahun.
Kesulitan umum satu-satunya dalam memelihara Burung Unta
adalah masalah kandang. Diperlukan lahan yang cukup luas, dan berpagar.
Masalahnya, sekali seekor Burung Unta lari keluar dari pagar, anda perlu sebuah
mobil untuk mengejar dan menangkapnya, karena Burung Unta dapat berlari hingga
kecepatan 50 km/jam.
5).Pesisir pantai
Burung Camar Kecil atau nama sainsnya Sterna albifrons
adalah burung laut dalam keluarga Camar Sternidae. Pada suatu masa, ia
diletakkan dalam genus Sterna, yang kini dihadkan kepada burung camar putih
besar (Bridge et al., 2005). Dahulunya Amerika Utara (S. a. antillarum) dan Red
Sea S. a. saundersi subspesies sekarang dianggap sebagai spesies berlainan,
Least Tern (Sternula antillarum) dan Camar Saunders(Sternula saundersi).
Ia mempunyai bulu dikepala yang putih dengan sedikit tompok
hitam di atas kepalanya. Di belakang dan di sayapnya bewarna kelabu pucat.
Mempunyai tubuh sepanjang 10 inci. Ia sering menyusur sungai dan bertelur di
tebing pasir. Sarang burung Camar Kecil terletak di atas tanah dan mempunyai
telur bewarna cokelat kehijauan serta berbintik-bintik besar bewarna cokelat
dan ungu pucat, bersaiz sekitar 1.3 hingga 0.9 inci. Burung Camar Kecil membiak
di persisiran dan muara kawasan serdahana dan tropika Europah dan Asia. Ia
adalah burung berhijrah yang kuat, menghabiskan musim sejuk di lautan
subtropika dan tropika sejauh Afrika Selatan dan Australia.
Burung Camar Kecil membiak secara berkelompok di atas anak
batu atau pantai berbatu (shingle) atau pulau. Ia menghasilkan dua hinggaempat
biji telur di atas tanah. Sebagaimana kesemua camar putih, ia akan
mempertahankan sarang dan anaknya dan akan menyerang penceroboh. Sebagaimana
kebanyakan camar putih lain, burung Camar Kecil mencari makan dengan menjunam
menyelam bagi menangkap ikan, biasanya dalam laut masin.
Pemberian ikan oleh burung jantan kepada burung betina
merupakan sebahagian paparan mengawan. Ia adalah camar yang kecil, sepanjang
21-25 cm dengan panjang sayap 41-47 cm. Ia tidak mungkin dikelirukan dengan spesies
lain disebabkan saiz dan bulu dahi putih semasa musim mengawan. Ia mempunyai
paruh nipis yang tajam bewarna kuning dengan warna hitam di hujung dan kikinya
juga bewarna kuning. Pada musim sejuk dahinya lebih putih, paruh hitam dan kaki
bewarna lebih pucat. Mempunyai bunyi berkeriut yang kuat dan jelas.
O.KATEGORI BURUNG PARUH BENGKOK
Burung paruh bengkok secara ilmiah
dikelompokkan ke dalam bangsa (ordo) Psittaciformes dan hanya memiliki suku
(famili) tunggal, yaitu Psittacidae yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai parrot.
Suku ini dibagi 3 anak suku berdasarkan morfologi dan kebiasaan makannya,
yakni burang kakatua (Cacatuiinae), nuri (Loriinae), dan betet (Psittaciinae).
Di seluruh dunia tercatat ada 328 jenis burang parah bengkok, sementara di
Indonesia sendiri terdapat 76 jenis (23,17%) dan 14 jenis (18,42%) di antaranya
merupakan burung yang dilindungi.
1.
Klasifikasi
Menurut Gruson (1976) klasifikasi burung paruh bengkok
adalah sebagai berikut.
·
Filum: Chordata
·
Anak filum: Vertebrata
·
Kelas: Aves
·
Bangsa: Psittaciformes
·
Suku: Psittacidae
·
Anak suku: – Cacatudinae
·
Marga:
-
Cacatua
-
Probosciger
·
Jenis:
-
Cacatua galerita
-
Cacatua sulphurea
-
Cacatua moluccensis
-
Cacatua alba
-
Cacatua goffini
-
Probosciger aterrimus
·
Anak suku: Loriinae
·
Marga:
-
Lorius
-
Trichoglossus
-
Eos
-
Psittrichas
·
Jenis:
-
Lorius lory
-
L. domicellus
-
Trichoglossus ornatus
-
Eos histrio
-
Psittrichas fulgidus
·
Anak suku: Psittaiinae
·
Marga:
-
Eclectus
-
Tanygnathus
-
Loriculus
·
Jenis:
-
Edectus roratus
-
Tanygnathus sumatranus
-
Loriculus exilis
-
L. catamene
Anggota burung paruh bengkok banyak
digemari orang karena mempunyai berbagai keistimewaan, seperti mudah dijinakkan
dan akrab dengan manusia, mampu menirukan suara, mempunyai bulu yang indah,
mengundang kelucuan, serta relatif mudah untuk berbiak.
Dengan keistimewaannya tersebut menjadikan masyarakat sangat
tertarik untuk memelihara dan merawatnya. Oleh karenanya, berbagai seluk-beluk
burung ini, seperti morfologi, penangkaran, pakan, serta kesehatannya layak
untuk diketahui dan dipahami.
Disebut burung paruh bengkok karena
memang bentuk paruhnya bengkok. Berbeda dengan paruh burung pemangsa, seperti
elang, rajawali, dan burung hantu yang bersifat perobek, burang paruh bengkok
mempunyai paruh yang bersifat masif (padat dan kompak). Paruh bagian atas dan
bagian bawah berbentuk bengkok menyerupai alat catut.
Dengan bentuk demikian, paruh ini bersifat penghancur
(pemecah) biji-bijian besar dan kecil yang keras sekali pun.
Burung paruh bengkok ini dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
berdasarkan bentuk lidah, cara makan, keberadaan bulu di kepala (jambul) yang
dapat ditegakkan (ereksi), serta warna bulunya.
Kelompok tersebut adalah kakatua, nuri, dan betet.
2.
Kelompok Kakatua
Ciri khas dari burang kelompok
kakatua adalah adanya bulu jambul yang dapat ditegakkan. Ciri lainnya terdapat
pada bentuk lidah dan cara makannya. Lidah kakatua berbentuk kubus yang permukaannya
halus. Pakannya berupa biji-bijian dengan kulit yang keras maupun lunak.
Cara makannya dengan memecahkan
kulit biji tersebut menggunakan paruhnya yang kuat kemudian mengambil isinya
dengan bantuan lidahnya. Kakatua dikenal mempunyai struktur dan bentuk paruh
yang paling kuat dan kokoh di antara kelompok paruh bengkok. Warna bulu
tubuhnya hanya putih, merah muda, dan hitam.
Daerah asal kakatua terbatas di
daerah Indonesia Timur, yaitu Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Papua
Nugini, Kepulauan Pasifik, dan Australia juga termasuk daerah asal kelompok
burang ini.
Beberapa jenis kakatua yang
dilindungi adalah kakatua koki, kakatua raja, kakatua-kecil jambul-kuning,
kakatua tanimbar, dan kakatua maluku.
1) Kakatua raja (Probosciger
aterrimus)
Kaka tua
raja mudah dibedakan dengan jenis lain dari bulu tubuh dan jambulnya yang
berwarna hitam serta “pipi” berwarna merah tua.
a. Deskripsi dan penyebaran
Jenis kakatua ini mempunyai ukuran tubuh antara 55—70 cm.
Bulu tubuh dan jambulnya berwarna hitam dengan “pipi” berwarna merah tua.
Penyebarannya meliputi daerah sekitar Papua dan Australia.
b. Anakjenis
Jenis ini mempunyai 3 ras atau anak jenis, yaitu goliath,
stenolophus, dan aterrimus.
- P.
a. goliath. Di
antara ke-3 anak jenis kakatua raja, P. a. goliath mempunyai ukuran
tubuh yang paling besar, yaitu antara 60—70 cm. Penyebarannya di Papua
yang meliputi daerah sekitar Papua bagian barat, daerah kepala burung, dan
P. Waigeo.
- P.
a. aterrimus. Ukuran
tubuhnya lebih kecil dibandingkan P. a. goliath, yaitu berkisar
55—60 cm. Penyebarannya meliputi daerah Papua bagian selatan, P. Aru,
sampai Australia bagian utara.
- P.
a. stenolophus. Ukuran
tubuhnya hampir sama dengan anak jenis goliath, tetapi lebar bulu
jambulnya lebih sempit. Penyebarannya berada di sekitar Papua bagian utara
dan P. Yapen.
c. Status populasi
Anak jenis goliath dan stenolophus masing-masing
diperkirakan berjumlah 20.000 ekor. Sementara kondisi aterrimus hampir langka
karena populasinya diperldrakan hanya 10.000 ekor saja. Sementara yang dipelihara
ex situ (penangkaran) di seluruh dunia diperkirakan sekitar 350 ekor.
Burang ini dilindungi sejak tahun 1970 melalui SK Menteri Pertanian No.
42/Kpts/Um/1970 dan dipertegas dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
2)
Kakatua tanimbar (Cacatua
goffini)
Cacatua goffini
Disebut kakatua tanimbar karena burung ini hanya terdapat di
P. Tanimbar, Maluku.
a. Deskripsi dan penyebaran
Panjang tubuh kakatua tanimbar
sekitar 32 cm. Bulu dan jambul-nya berwarna putih. Demikian juga kelopak matanya
berwarna putih kebiruan dan lore (bulu di atas paruh) berwarna merah muda.
Penyebarannya hanya terdapat (endemik) di P. Tanimbar (Maluku) dan sekitarnya,
yaitu P. Yamdena, Larat, dan Selara.
b. Status populasi
Populasi kakatua tanimbar di alam diperkirakan
lebih dari 200.000 ekor. Pengikisan populasi diakibatkan oleh deforestasi dan
penangkapan, baik untuk diperdagangkan maupun dianggap sebagai hama perkebunan
jagung. Jenis kakatua ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7
Tahun 1999.
3) Kakatua koki atau
kakatua-besarjambul-kuning (Cacatua gallerita)
Cacatua gallerita
Ukuran tubuh yang relatif besar dan adanya jambul yang
berwarna kuning menjadi ciri khas dari jenis kakatua ini.
a. Deskripsi dan penyebaran
Ukuran tubuh jenis kakatua ini
berkisar 30—52 cm. Bulu tubuhnya berwarna putih dengan jambul berwama kuning.
Warna kuning juga terdapat di bawah sayap dan ekor. Lingkaran mata berwarna
biru pucat atau putih, tergantung ras kakatuanya. Jeritannya sangat keras
melengking. Penyebarannya meliputi daerah Kepulauan Maluku, Papua.
b. Anakjenis
Jenis ini mempunyai 4 ras (anak
jenis). Namun, kakatua yang penyebarannya berada di wilayah Indonesia hanya 2
anak jenis, yaitu kakatua koki medium (C. g. eleonoralC. g. aruensis) dan
kakatua koki besar (C. g. triton)
1) Kakatua koki medium atau
kakatua-mediumjambul-kuning
(C. g. eleonoralC. g. aruensis)
Penyebaran kakatua ini meliputi
daerah sekitar P. Aru dan P. Kai. Kakatua koki medium sering disebut kakatua
jambul kuning ukuran medium atau sedang. Ukuran sayapnya antara 26,1—29,2 cm
dan merupakan ras yang terkecil. Ciri khas lain dari kakatua ini adalah kelopak
matanya berwarna biru sangat pucat.
2) Kakatua koki besar atau
kakatua-besarjambul-kuning
(C.g. triton)
Penyebaran kakatua koki besar meliputi
daerah di sekitar P. Papua. Kakatua ini sering disebut kakatua koki besar
karena tubuhnya lebih besar dari pada C. g. eleonora. Panjang sayapnya
antara 26,1—34,7 cm. Kelopak matanya berwarna biru muda. Dua anak jenis lain
yang terdapat di Australia, yaitu C. g. galerita yang penyebarannya di
sekitar Australia dan C.g.fitzroyi yang penyebarannya di sekitar
Australia bagian utara.
b. Status populasi
Di alam, populasi kakatua koki
menunjukkan angka yang stabil dan relatif aman, yakni tercatat sekitar 500.000
ekor. Di Indonesia, pengikisan populasi kakatua koki terjadi karena perusakan
habitat yang berupa hutan dataran tinggi (sampai sekitar 1.000 m dpl),
pembunuhan karena dianggap hama pengganggu tanaman jagung, serta ditangkap
secara liar dan semena-mena untuk diperdagangkan sebagai hewan kesayangan.
Sebagai upaya pelestariannya,
kakatua koki ditetapkan sebagai burung yang dilindungi sejak tahun 1978 melalui
SK Menteri Pertanian No. 742/Kpts/Um/12/1978 dan dipertegas lagi dengan
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Burung ini, terutama ras ukuran besar
(C.g.triton), mempunyai kemampuan untuk menirukan suara-suara di
sekelilingnya (burung pelatah) serta mempunyai perilaku yang lucu dan jinak
terhadap manusia.
Cacatua sulphuera
Jenis kakatua ini berasal dari Sulawesi dan Nusa Tenggara
Timur.
a. Deskripsi
Panjang tubuh berkisar antara 33—35 cm.
b. Anak jenis
Jenis kakatua ini mempunyai 4 anak jenis (subspesieslras)
yang ciri-cirinya dapat dilihat pada Ta
Keempat anak jenis tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua
sulphurea sulphurea). Ras ini dijumpai di P. Sulawesi dan pulau-pulau di
sekitarnya, seperti Mina, Butung, Tanah Jampea, Kayuadi, Kaleo, Kalatoa, Madi,
dan Kep. Tukangbesi.
2) Kakatua putih kecil jambul jingga (C.
s. titrinocristatd), dijumpai di P. Sumba.
3) Kakatua kecil abbot (C. s. abboti)
yang dijumpai di p. Masalembo dan P. Masakambing.
4) Kakatua timor (C. s. parvula): dijumpai
di Nusa Tenggara, seperti di P. Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, Padar, Flores,
Pantar, Alor, Semau dan Timor.
c. Status populasi
Di seluruh dunia, burung kakatua
jenis ini diperkirakan ada 40.000 ekor, meliputi in situ dan ex situ.
Sementara setiap anak jenis raempunyai tingkat kelangkaan yang berbeda.
Untuk anak jenis sulphurea populasi terbanyak yang masih dapat bertahan
terdapat di P. Buton, yakni 50—100 ekor pada sensus tahun 1997.
Anak jenis parvula tersebar
di di beberapa pulau di Nusa Tenggara, di antaranya yang mempunyai populasi
terbanyak dilaporkan di P. Komodo sebanyak 85—90 ekor (sensus 1995) dan di P.
Moyo diperkirakan ada 1.600 ekor (sensus 1981).
Anak jenis citrinocristata diperkirakan
antara 1.150—2.644 ekor (analisa tahun 1995) yang telah mengalami penurunan
populasi terparah pada tahun 1986—1989, yakni mencapai 80%.
Anak jenis yang paling langka, yaitu
abboti yang saat ini hanya tersisa 5 ekor saja di P. Masakambing (sensus
tahun 1997). Kecenderungan kelangkaan ini terutama disebabkan oleh penangkapan
untuk diperdagangkan dan juga karena perasakan liabitat alaminya.
Berdasarkan catatan menunjukkan
bahwa perdagangan ekspor jenis kakatua-kecil jambul-kuning mencapai sekitar
100.000 ekor pada tahun 1980—1992. Sementara di habitat yang beragam mulai dari
daerah perkebunan, tepi hutan sampai luitan dengan ketinggian 800 m dpl terus
mengalami pi’ngikisan.
Jenis kakatua ini dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Kl No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Salwa Liar.
Cacatua moluccensis
Sesuai namanya, burung ini berasal dari pulau rempah, yaitu
Maluku.
a. Deskripsi dan penyebaran
Panjang tubuh kakatua maluku antara
40—50 cm. Bulu dan jambulnya berwarna merah muda. Kelopak matanya putih.
Paruhnya berwama hitam. Gerakannya lambat. Penyebarannya meliputi P. Seram,
Saparua, dan Haruku yang terdapat di Maluku.
b. Status populasi
Kakatua maluku hidup di dataran
rendah antara 100—1.200 m dpl di daerah hutan primer dataran rendah.
Populasinya terus menurun dan saat ini jumlahnya diperkirakan tinggal sekitar
8.000 ekor saja. Salah satu sebab penurunan populasi karena perdagangan yang
pernah mencapai 5.000 ekor per tahun pada 1981—1985. Kini jenis ini menjadi
rentan dan dimasukkan ke dalam apendiks ICITES. Jenis ini dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
3. Kelompok Nuri
Ciri khas burang nuri adalah bentuk
lidah dan cara makannya. Lidah nuri mempunyai permukaan yang mirip dengan
sikat. Dengan bentuk permukaan yang demikian maka cara makannya adalah dengan
menjilat. Jenis pakannya berupa buah-buahan, madu, dan tepung sari bunga
(nektar). Warna bulu pada nuri sangat beraneka ragam. Penyebarannya terdapat di
daerah Indonesia bagian Timur, Papua Nugini, Kepulauan Pasifik, dan Australia.
1) . Kasturi kepala-hitam atau
nuri-merah kepala-hitam (Lorius lory)
Nuri kepala hitam
Salah satu hal yang menjadi daya tarik jenis nuri ini adalah
kepandaiannya berbicara dan berwarna indah sehingga banyak dicari orang.
a. Deskripsi dan penyebaran
Kasturi atau lebih dikenal dengan
sebutan nuri mempunyai bentuk ekor yang melebar. Dada bagian atas dan kepala
berwarna merah. Bagian mahkota kepala berwarna hitam. Bagian kepala bawah dan
mantel berwarna ungu tua yang berlanjut sampai dada sehingga berbentuk seperti
kalung. Paha dan bagian bawah ekor berwarna biru turkis. Daerah pinggang
berwarna merah dan ekor bagian atas berwarna biru turkis. Sayap bagian atas
berwarna bijau dan sayap bagian bawah berwarna merah. Berat tubuh antara
200—240 g dan panjang tubuhnya sekitar 31 cm.
Penyebaran jenis nuri ini meliputi
daerah kepala burang Papua dan sekitarnya, seperti P. Batanta, Salawati, dan
Misool.
b. Anak jenis
Kasturi kepala-hitam mempunyai 7
anak jenis, yaitu L. l. lory, L .1. erythrothorccc, L. l. somu, L. l. salvadorii,
L .1. viridicrissalis, L. Ljobiensis, dan L. l. cyanauchen.
- L
l. lory.
Ciri yang nyata pada anak jenis L. l. lory ini adalah warna biru
pada daerah tengkuk dan melebar ke arah punggung sampai ke bagian dada,
perut, serta tungging. Pada sayap bagian bawah mulai dari pangkal sayap
sampai ke bagian ujung berwarna merah, kuning, dan hitam. Pada burang yang
belum dewasa, mantel ungu di tengkuk belum menyatu dengan daerah perutnya.
Penyebarannya meliputi bagian kepala burang Papua dan Papua llnral.
- L.
l. erythrothorax (red-breasted
lory). Ciri yang mudah dilihat dari L.l erythrothorax adalah
mantelnya borwarna ungu melingkar tidak penuh pada bagian leher. Pada
bagian punggung, dada, dan tungging terdapat warna biru yang terpisah satu
saina lain. Pada sayap bagian bawah mempunyai warna yang mirip donganL. l.
lory. Penyebarannya meliputi Papua bagian selatan yang meluas ke
arah Papua Nugini (di utara sampai Semenanjung Onin dan di sclatan sampai
Semenanjung Huon).
- L.
l. somu (nuri
somu). Ciri pada anak jenis ini adalah tiadanya mantel ungu di tengkuk.
l’enyebarannya meliputi P. Papua bagian tengah.dan daerah bagian selatan
PapuaNugini.
- L.l.
salvadorii (nuri
salvadori). Ras nuri ini mirip dengan L. l. erythrothorca, tetapi
warna ungunya lebih dominan dibanding hitam. Warna ungu ini meluas sampai
daerah bawah sayap. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari
Aitape sampai Teluk Astrolabe.
- L.
l. viridicrissalis. Anak
jenis viridicrissalis mirip dengan anak jenis salvadorii, tetapi
warna daerah dadanya lebih dominan hitam serta meluas sampai bawah sayap.
Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari Teluk Humboldt sampai
Sungai Memberamo.
- L.
l.jobisiensi
(nuri jobi). Ciri nuri jobi hampir mirip dengan L. l. salvadorii, tetapi
warna merah di dada dan ungu di bagian mantelnya lebih pucat.
Penyebarannya meliputi P. Yapen dan Mios Num di Teluk Geelvink.
- L.
l. cyanauchen (nuri
biak). Ciri khas nuri biak adalah warna biru pada bagian tengkuknya
bersatu dengan warna hitam di mahkotanya. Mantel ungu ini melingkar tidak
penuh. Pada bagian punggung terdapat pula warna biru yang melebar ke
bagian dada teras ke arah tungging. Pada sayap bagian bawah terdapat warna
biru, kuning, dan hitam yang tersusun dari pangkal sampai ke ujung sayap.
Penyebarannya hanya terdapat di P.
Biak di Teluk Geelvink.
c. Status populasi
Burung ini tersebar luas di P. Papua
dan sekitarnya, teratama di daerah dataran rendah. Populasinya diperkirakan
lebih dari 100.000 ekor. Jenis nuri ini dilindungi sejak tahun 1970 melalui
Surat Keputusan Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/1970. Warna utamanya merah
dengan bagian kepalanya berwarna hitam. Pada bagian leher terdapat kalung
berwarna biru keunguan. Sayapnya berwarna hijau.
2) . Perkici dora atau nuri ornet (Trichoglossus
ornatus)
Trichoglossus ornatus atau perkici
dora
Jenis nuri ini sangat menarik karena warna-warni bulunya
terlihat seperti pelangi.
a. Deskripsi dan penyebaran
Secara sepintas, nuri ornet sangat
mirip dengan nuri pelangi (T. haematodus). Perbedaannya, pada bagian
pipi nuri ornet berwarna merah, sedangkan nuri pelangi berwarna biru tua atau
hitam. Panjang tubuh sekitar 25 cm dan berat tubuh antara 110—130 g.
Penyebarannya meliputi P. Sulawesi dan sekitarnya.
b. Status populasi
Habitat alaminya berupa hutan
pegunungan sampai ketinggian 1.000 m dpl, tetapi tidak menyukai hutan yang
lebat. Populasi di alam diperkirakan lebih dari 50.000 ekor. Burung ini
dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 757/Kpts/Um/12/1979 dan
dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah PJ No. 7 Tahun 1999.
3) . Nuri kabare atau kasturi raja (Psittrichas
fulgidus)
Psittrichas fulgidus
Ciri khas nuri kabare adalah bentuk parahnya seperti elang
sehingga sering disebut nuri elang.
a. Deskripsi clan penyebaran
Bulu tubuhnya dominan berwarna merah
dan hitam. Panjang tubuhnya 46 cm. Burung ini mempunyai ukuran tubuh yang
terbesar di antara kelompok nuri. Perbedaan morfologi antara burung jantan dan
betina, terletak pada “sejumput” bulu berwarna merah di belakang mata pada
burang jantan, sedangkan pada burung betina tidak dijumpai.
Habitat alaminya berapa hutan
dataran tinggi Papua yang terletak pada ketinggian 100—1.800 m dpl dengan luas
sekitar km2.
b. Status populasi
Populasi di alam diperkirakan
berjumlah di atas 10.000 ekor dan cenderung terus menurun akibat tekanan
eksploitasi. Jenis ini mempunyai status dilindungi sejaktahun 1978 melalui SK
Mentan No. 742/Kpts/Um/12/1978 dan dipertegas dengan Peraturan Pemerintah RI
No. 7 Tahun 1999.
4) . Kasturi tengkuk-biru atau nuri
merah kepala biru maluku (Lorius domicella)
Jenis nuri ini hanya dapat ditemukan di Maluku.
a. Deskripsi dan penyebaran
Lorius domicella atau kasturi
tengkuk biru
Warna tubuh nuri jenis ini pada umumnya merah tua. Pada
bagian leher terdapat “kalung” kuning. Bagian mahkota kepala berwarna hitam
agak violet. Sayapnya hijau. Mata dan paruhnya merah oranye. Panjang tubuh
antara 28—29 cm. Berat antara 200—250 g. Kasturi tengkuk-biru maluku serupa
dengan nuri punggung-kuning (L. chlorocercus), tetapi dapat dibedakan
dengan “kalung” warna kuningnya lebih sempit serta warna ungu pada bagian
mahkota kepala belakangnya.
Penyebarannya meliputi daerah P.
Seram. Dahulu pernah tercatat dijumpai juga di P. Ambon dan P. Buru.
b. Status populasi
Habitat nuri merah kepala biru
maluku berapa hutan primer pada ketinggian 500—1.000 m dpl. Namun, dewasa ini
habitat Lorius domicella sudah merambah sampai perkebunan pepaya dan
pisang. Populasi nuri ini semakin terancam kepunahan akibat deforestasi dan
penangkapan yang membabi buta. Pada tahun 1991, populasinya diperkirakan
sekitar 20.000 ekor. Saat ini populasinya diperkirakan mengalami sedikit
kenaikan.
Nuri ini masuk dalam daftar jenis burung yang dilindungi
sejak tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/i972
dan diperkuat dengan Lampiran Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999.
5) . Nuri talaud (Eos histrio)
Pada sidang CITES tahun 1994 di Florida, nuri talaud
dikate-gorikan dalam Apendiks I.
a. Deskripsi dan penyebaran
Warna dominan nuri talaud adalah merah dan biru. Ciri
utamanya adalah biru pada bagian dada dan mantel (sayap) yang memanjang sampai
sekitar mata serta melebar sampai bagian belakang kepala. Bulu bagian skapula
(pangkal sayap dekat daerah punggung), paha, dan bulu terbangnya berwarna
hitam, parah berwarna kuning kemerahan, dan iris mata berwarna cokelat
kehitaman. Panjang tubuhnya antara 30—31 cm dan berat tubuhnya antara 150—190
g. Ciri pembeda adalah warna biru yang melebar di bagian dada dan di belakang
kepala.
b. Anak jenis
Terdapat 3 anak jenis nuri talaud
sebagai berikut:
- E.h.histrio
terdapat
di Kepulauan Sangihe.
- E.
h. talautensis terdapat
di pulau-pulau di Kepulauan Talaud.
- E.h.
challengeri terdapat
P. Miangas dan di Kepulauan Nanusa.
Perbedaan morfologi ketiga anak jenis tersebut tidaklah
terlalu jelas. Anak jenis E. h. histrio agak lebih besar dibanding E.
h. talaut-ensis. Selain itu, pada E. h. histrio mempunyai lebih
banyak warna hitam di bagian sayap dan garis biru yang lebih besar di bagian
dada. Pada anak jenis E. h. challengeri memiliki ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan kedua anak jenis lainnya serta warna birunya tidak terlalu
banyak.
c. Status populasi
Populasi di alam sudah sangat jarang
yaitu antara 5.000—10.000 ekor saja yang cenderang terus menuran. Habitat
aslinya berapa hutan dengan luas hanya meliputi 1.000 km dan terletak pada
ketinggian antara 0—500 m. Ancaman serius terhadap populasinya adalah
eksploitasi. Oleh karenanya, dalam sidang CITES di Florida pada tahun 1994
menempatkan nuri talaud dalam kategori Apendic I.
Sementara di Indonesia termasuk di
dalam daftar jenis burang yang dilindungi sejak tahun 1979 melalui
undang-undang No. 757/Kpts/Um/12/1979 kemudian diperjelas lagi dengan eraturan
Pemerintah No.7 Tahun 1999.
4 . Kelompok Betet
Betet mempunyai bentuk lidah dan
cara makan yang serupa dengan kakatua. Bentuk dan struktur lidah betet tidak
sekuat dan sekokoh lidah kakatua, tetapi lebih kuat dibanding nuri. Selain itu,
yang membedakan kelompok betet dengan kakatua adalah tidak adanya bulu jambul
yang dapat ditegakkan di kepalanya.
Warna bulunya tidak sekaya nuri,
tetapi umumnya terbatas pada warna hijau dan merrah saja. Penyebaran anak
kelompok betet ini adalah yang terluas di antara bangsa paruh bengkok.
Anggota kelompok ini dapat dijumpai di Afrika, Asia, Amerika
Selatan, Australia, dan sekitar Kepulauan Pasifik. Beberapa jenis burung
anggota kelompok betet di antaranya nuri bayan, betet-kelapa punggung-biru,
serindit paruh-merah, dan serindit sangihe.
Eclectus roratus atau bayan
1) . Nuri bayan atau bayan (Eclectus
roratus)
Jenis kelamin nuri bayan dibedakan
berdasarkan warna pada bulu tubuhnya.
a. Deskripsi
Burung ini berukuran 35 cm. Terdapat
perbedaan morfologi yang mencolok antara burung jantan dan betina. Pada burung
jantan, warna dominannya hijau dengan sedikit bercak merah pada bagian sayap
sebelah dalam. Sementara pada burung betina warna utamanya merah dengan atau
tanpa bercak ungu pada bagian dada serta kuning pada bagian ujung ekornya.
b. Anakjenis
Nuri bayan mempunyai 7 anak jenis
yang 2 anak jenis di anlaranya tidak terdapat di wilayah Indonesia. Dua anak
jenis yang tidak terdapat di Indonesia, yaitu nuri bayan Australia (£. r.
magillivrayi) yang terdapat di Semenanjung York, Australia dan nuri bayan
solomon (E. r. solomonensis) yang terdapat di P. Solomon.
Sementara 5 anak jenis yang terdapat
di Indonesia, yaitu nuri bayan maluku selatan (E. r, roratus), nuri
bayan maluku utara (E. r. vosmaeri), nuri bayan sumba (E. r.
cornelia), nuri bayan tanimbar (E. r. ricdeli), dan nuri bayan papua
(E. r. polychloros).
Ke-5 anak jenis ini dapat dibedakan
berdasarkan warna pada burung betina.
- Nuri
bayan maluku selatan. Pada betina ditandai dengan warna ungu yang menutup
seluruh bagian dada dan perutnya. Sementara pada burung jantan terdapat
bercak merah pada bagian dada, hitam pada ekor bagian dalam, dan kuning
muda pada ujung ekor bagian dalam. Anak jenis ini terdapat di daerah
Kepulauan Maluku bagian selatan, yakni di P. Buru, Seram, Ambon, Saparua,
dan Haruku.
- Nuri
bayan maluku utara. Burung betina hampir mirip dengan nuri bayan maluku
selatan (E. r. roratus), tetapi warna kuning selain pada ujung ekor
bagian dalam juga terdapat pada tunggir. Anak jenis ini terdapat di daerah
Maluku Utara.
- Nuri
bayan sumba. Burung betina mirip dengan nuri bayan maluku selatan (E.
r. roratus), tetapi tidak dijumpai kalung ungu di daerah dada dan
perutnya. Pada burang jantan disertai dengan warna merah. Penyebaran anak
jenis ini hanya terdapat di P. Sumba.
- Nuri
bayan tanimbar. Burung betina mirip dengan nuri bayan sumba (E. r.
riecfe/i), tetapi warna kuning selain pada ujung ekor bagian dalam juga
terdapat pada tunggirnya. Selain itu, pada bagian punggungnya berwarna
kelabu. Penyebaran anak jenis ini hanya terdapat di P. Tanimbar.
- Nuri
bayan papua. Burung betina mirip dengan nuri bayan maluku selatan (E
.r. roratus), tetapi tanpa warna kuning di ujung ekornya. Pada malanya
terdapat lingkaran berwarna biru. Anak jenis ini terdapat di Pulau Papua
(Papua dan Papua Nugini).
c. Status populasi
Populasi nuri bayan di dunia
diperkirakan di atas 300.000 ekor. Di alam, habitat burung ini cukup beragam
dari hutan sampai daerah Niivana, mangrove, perkebunan kelapa, dan hutan
kayu putih di ketinggian sampai 1.900 m dpl. Namun, paling umum dijumpai di hutan
dataran rendah, pesisir, dan perkebunan. Nuri bayan dijumpai hidup sendiri,
berpasangan, atau dalam kelompok kecil.
Nuri bayan mulai dilindungi sejak
tahun 1972 melalui SK Menteri Pertanian No.327/Kpts/Um/7/1972, dan dipertegas
lagi dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Sementara anakjenis yang
cukup kritis populasinya adalah nuri bayan sumba.
2) . Serindit paruh-merah atau serindit
sulawesi (Loriculus exilis)
Serindit paruh merah
Jenis burung ini termasuk burung yang mungil karena hanya
berukuran sekitar 10 cm.
a. Deskripsi dan penyebaran
Jenis nuri ini berukuran kecil
sekitar 10 cm. Kebiasaan yang menarik dari burang ini adalah selalu
beristirahat dengan bergantungan pada kawat atau ranting pohon, dengan posisi
kaki di atas dan kepala di bawah. Warna dominan adalah hijau dengan punggung
berwarna merah.
Pada jantan, daerah tenggorokan
berwarna merah. Sementara pada betina, warna merah ini akan mengecil atau
hilang sama sekali. Paruhnya merah. Mahkota hijau. Penyebaran burung ini hanya
terdapat di P. Sulawesi. b. Status populasi Di alam populasinya diperkirakan
lebih dari 10.000 ekor, yang menghuni daerah hutan, hutan bakau pesisir,
sekitar kampung dan daerah terbuka. Burang ini dapat hidup dari dataran rendah
sampai ketinggian 1.000 m dpl.
Jenis ini dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
757/Kpts/Um/12/1979, dan dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7
Tahun 1999.
Loriculus catamene atau serindit sangihe
3) . Serindit sangihe (Loriculus
catamene)
Serindit sangihe merapakan burung endemik di P. Sangir yang
terletak di sebelah utara Sulawesi.
a. Deskripsi dan penyebaran
Serindit sangihe berukuran kecil
(13,5 cm). Tubuh didominasi warna hijau. Mahkota dan tenggorok bewarna merah.
Paruhnya hitam dan iris putili kekuningan. Burung ini endemik di P. Sangir, di
utara Sulawesi.
b Status populasi
Burung ini sudah sangat jarang
dijumpai semenjak vegetasi di habitatnya diubah jadi perkebunan kelapa.
Tercatat populasi terbesar yang pernah dijumpai sebanyak 17 ekor burung pada
tahun 1985). Burung ini dilindungiberdasarkan Peraturan Pemerintah RI No, 7
Talum 1999.
4).Betet-kelapa punggung- biru dan
kastura sulawesi (Tanygnathus sumatranus).
a. Diskripsi dan penyebaran
Salah satu jenis betet
Tubuh didominasi warna hijau; bagian
bawah dan mantel berwarna hijau kekuningan pada jantan, dan hijau tua pada
betina serta biru muda pada tepi bulu sayap; punggung dan daerah pinggang
berwarna biru; ujung ekor berwarna hijau kekuningan pada burung jantan, paruh
berwarna merah, dan betina berwarna putih krem. Iris kuning muda. Panjang tubuh
sekitar 32 cm.
Penyebaran burung ini terdapat di P. Sulawesi dan
sekitarnya.
b. Anakjenis: Betet-kelapa punggung-biru mempunyai 4 anak
jenis sebagai berikut.
- Tanygnathus
sumatranus sumatranus (mulleri mulleri) yang tersebar di daerah Sulawesi dan sekitarnya.
- T.
s. sangirensis ditandai
dari pangkal sayap dan penutup kecil berwarna lebih biru, kepala lebih
hijau gelap daripada badan, dan iris berwarna kuning. Penyebaran meliputi
P. Sangir dan Karakelong.
- T.
s. burbidgii dicirikan dari warna bulu hijau lebih tua, daerah
sekitar leher lebih terang; dan iris berwarna kuning. Penyebarannya
meliputi Kepulauan Sulu.
- T.
s. everetti, T. s. duponti, dan T. s.freeri ditandai dengan
iris berwarna merah. Burung ini tersebar di wilayah Filipina.
c. Status populasi
Habitatnya berapa hutan dataran
rendah, pinggiran hutan, perkebunan, dan persawahan sampai di ketinggian 800 m
dpl. Kastura sulawesi hidup berpasangan atau kelompok kecil. Sering kali burung
ini merupakan hama yang menyerang perkebunan jagung. Perilakunya aktif di waktu
malam. Populasi di seluruh dunia tercatat sekitar 50.000 ekor.
Akibat tekanan lingkungan maka jenis
ini dilindungi sejak tahun 1979 melalui SK Mentan No. 757/Kpts/Um/i2/i979, dan
dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
Sumber:
Perawatan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang Dilindungi, karya
Widyabrata Prahara, penerbit Penebar Swadaya.
PROBLEM
UTAMA BURUNG PARUH BENGKOK1.Gampang rontok bulu2. Nyekukruk tidak semangat+
Gampang rontok bulu,
penyebabnya antara lain (1) Makanan mengandung lemak dan/atau kalori tinggi
sehingga membuka pori-pori kulit; (2) Bulu belum kuat sudah banyak aktivitas;
(3) Selama masa mabung tidak mendapat asupan nutrisi yang baik, terutama
mineral. Untuk masalah asupan mineral, bisa gunakan Bird Mineral selama masa mabung atau pasca mabung..
P.
KEGUNAAN / KERUGIAN
1) Sumber
protein hewani (daging dan telurnya).
2) Telur
ayam dan itik untuk ramuan obat-obatan atau membuat kue.
3) Sebagai
bahan perindustrian, contoh shuttle cock untuk bulu tangkis dibuat dari bulu
plumae, sedang selimut, bantal, kasur dibuat dari bulu plumulae (itik, ayam,
angsa, dan lain-lain).
4) Membuka
lapangan kerja dengan beternak ayam, itik, angsa, merpati, parkit, dan
perkutut. Terutama burung walet.
5) Burung
dilatih dan dilombakan, contoh: merpati pos untuk mengantar surat, lomba suara
perkutut, dan lain-lain.
6) Berbagai
burung diawetkan utuh dengan mengganti isi perutnya dengan kapas sehingga
tampak seperti masih hidup (taxidermi).
7) Untuk
dinikmati suaranya dan keindahan bulunya.
8) Sebagai
predator alami. Burung-burung pemakan insekta juga berperan sebagai
pengendalian hayati alamiah.
9) Di
bidang sains dipergunakan untuk praktikum para siswa dan mahasiswa.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Nama kelas “Aves” berasal dari bahasa Latin yang berarti
burung, Ilmu yang mempelajari burung Ornithologi yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “ornis”.
Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia;
sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves
atau burung memiliki ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka
bisa terbang. Kelas aves adalah satu-satunya kelompok hewan yang memiliki bulu,
(jangan salah mamalia berambut, bukan berbulu). Hal ini merupakan keunikan
tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Berikut adalah uraian singkat tentang
kelas aves.
v Tubuh ditutupi bulu
v Memiliki 2 pasang anggota tubuh; 2
anggota tubuh depan dimodifikasi menjadi sayap yang digunakan untuk terbang; 2
anggota tubuh belakang dimodifikasi untuk berjalan, bertengger, atau berenang;
setiap kaki dilengkapi dengan 4 jari; kaki dan jari ditutupi kulit yang
mengalami kornifikasi.
v Skeleton tersusun atas tulang sejati;
mulut dilengkapi paruh dengan zat tanduk; tidak memiliki gigi (kecuali unggas
yang sudah punah); leher sangat fleksibel; pelvis mengalami fusi dengan beberapa
vertebra dan terbuka ke bagian ventral; sternum membesar; vertebra ekor pendek
dan mengecil ke arah posterior.
v Jantung terdiri dari 4 ruangan (2
serambi dan 2 bilik terpisah sempurna); sel darah merah berbentuk oval
bikonveks dan memiliki nukleus.
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah
kusut akibat oksidasi dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara
periodik dan digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini
disebut dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu
dalam satu tahun dan diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Fungsi
Suara Pada Burung
1. Fungsi suara yang utama pada burung adalah untuk
bertasbih kepada Allah SWT. Jangan Anda beranggapan bahwa kicauan burung-burung
adalah sebuah kesenangan semata, tetapi burung-burung tersebut sedang bertasbih
dan membesarkan asma Allah, Rabb Maha Pencipta. Bukankah Al Qur’an menjelaskan
bahwa semua yang ada di permukaan bumi bertasbih kepada Allah, Tuhan Yang
Menciptakannya [Al Qur’an Surat Al Israa’ ayat 44].
2. Pada burung, suara juga berfungsi dalam menandai
wilayah kekuasaan (klaim teritorial) dan atraksi sebelum mengawini
pasangannya (Lundberg dan Alatalo, 1992). Selain itu.
Sistematis pencernaan makanan pada burung :
Mulut / paruh → Kerongkongan → Tembolok → Lambung kelenjar →
Lambung pengunyah → Hati → Pankreas → Usus halus → Usus besar →
Usus buntu → Poros usus (rectum) → Kloaka.
Mulut / paruh → Kerongkongan → Tembolok → Lambung kelenjar →
Lambung pengunyah → Hati → Pankreas → Usus halus → Usus besar →
Usus buntu → Poros usus (rectum) → Kloaka.
Pernafasan Burung:
1. Fase
Inspirasi
: tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada membesar – tekanan
mengecil – udara akan masuk melalui saluran pernapasan. Saat inilah sebagian
oksigen masuk ke paru-paru dan O2 berdifusi ke dalam darah
kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong udara.
2. Fase
Ekspirasi
: tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada mengecil – tekanan
membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara dalam kantong-kantong
hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2
diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah melepas CO2. Dengan
demikian, pertukaran gas CO2 dan O2 dapat berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.
peredaran darah burung. Peredaran darah burung tersusun oleh
jantung sebagai pusat peredaran darah, dan pembuluh-pembuluh darah. Darah pada
burung tersusun oleh eritrosit berbentuk oval dan berinti.
Susunan saraf pada burung serupa dengan susunan saraf pada
manusia dan hewan menyusui.Segala kegiatan saraf di atur oleh susunan saraf
pusat.
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum
belakang.Otak burung juga terdiri atas empat bagian ,otak besar,otak
tengah,otak kecil dan sum-sum lanjutan.Selain otak kecil maka otak besar pada
burung juga bisa tumbuh dengan baik.Otak besar burung berbeda dengan otak besar
pada manusia.
System reproduksi
a.
Sistem Genitalia Jantan.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat,
bagian- permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian
paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan
disimpan spermatozoa.
b.
Sistem Genitalia Betina.
Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang
berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip
telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis
burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir
yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air
panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari
daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu;
persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.
Contoh habitat aves
1. Hutan
2. Perkotaan/
pedesaan
3. Wilayah
kutub
4. Padang
rumput
5.
Pesisir pantai
Mamfaat
1) Sumber
protein hewani (daging dan telurnya).
2) Telur
ayam dan itik untuk ramuan obat-obatan atau membuat kue.
3) Sebagai
bahan perindustrian, contoh shuttle cock untuk bulu tangkis dibuat dari bulu
plumae, sedang selimut, bantal, kasur dibuat dari bulu plumulae (itik, ayam,
angsa, dan lain-lain).
4) Membuka
lapangan kerja dengan beternak ayam, itik, angsa, merpati, parkit, dan
perkutut. Terutama burung walet.
DAFTAR PUSTAKA
Campbel,
Reece, Mitcaell, JILID 2. 1925 / 1974. Biologi Edisi Kelima Ciracas Jakarta:
erlangga.
Sudjadi bagod, laila siti. 2006. Biologi sains dan kehidupan surabaya: yudhistira
Kurniati tuti. Dkk. 2009, zoologi vertebrata. prodi pendidikan biologi fakultas tarbiyah dan keguruan uin sgd bandung.
Sudjadi bagod, laila siti. 2006. Biologi sains dan kehidupan surabaya: yudhistira
Kurniati tuti. Dkk. 2009, zoologi vertebrata. prodi pendidikan biologi fakultas tarbiyah dan keguruan uin sgd bandung.
http://www.infoburung.com/2010/03/burung-sejarah-dan-kontroversinya_9355.html
http://iqbalali.com/2008/10/07/aves-bulu-burung/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar