Senin, 12 November 2012

makalah zover


AVES
(Paruh Bengkok)
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi Vertebrata

Dosen
SUMIYATI SA’ADAH, S.Si, M.SI.



Di Susun  Oleh :
Pitri Apriyanti (1210206072)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI-B
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011/2012


KATA PENGANTAR

          Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunianya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aves”
            Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
            Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
            Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.



Bandung, April  2012


Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A.  Latar Belakang...................................................................................................... 1
B.  Rumusan Masalah.................................................................................................. 3
C.  Tujuan.................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 5
A.     Pengertian Aves................................................................................................... 5
B.      Karakteristik Aves............................................................................................... 6
C.      Struktur Bulu....................................................................................................... 6
D.     Suara Burung...................................................................................................... 14
E.      Sistem Rangka.................................................................................................... 16
F.      System Pencernaan.............................................................................................. 17
G.    System Pernafasan............................................................................................... 18
H.    System Peredaran Darah...................................................................................... 21
I.       System Ekresi....................................................................................................... 22
J.       System Saraf........................................................................................................ 22
K.    System Reproduksi.............................................................................................. 23
L.     Klasifikasi ........................................................................................................... 24
M.   Prilaku/kebiasaan.................................................................................................. 33
N.    Habitat ................................................................................................................ 33
O.    Paruh Burung Yang Bengkok.............................................................................. 37
P.      Kegunaan Kerugian............................................................................................. 56
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 57
III.1 Kesimpulan........................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 60





BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves.
Burung (kelas Aves) adalah binatang bersayap, berkaki dua, endotermik (berdarah panas), bertelur, dan merupakan hewan vertebrata. mereka sebagai hewan vertebrata tetrapod yang paling banyak. Burung mendiami ekosistem di seluruh dunia, dari Kutub Utara ke Antartika. Saat ini masih ditemukan burung berukuran dari 5 cm (2 inci) yakni Bee Hummingbird (kolibri lebah) dan berukuran 3 m (10 kaki) yakni Ostrich.
Catatan fosil menunjukkan burung berevolusi dari dinosaurus theropoda selama periode Jurassic, sekitar 150-200 juta tahun yang lalu, dan burung diketahui paling awal adalah Archaeopteryx pada periode akhir era Jurasik, sekitar masa 150-145 juta tahun lalu. Kebanyakan ahli paleontologi menganggap burung sebagai satu-satunya clade dinosaurus yang selamat dari kepunahan pada jaman Cretaceous-Tersier sekitar 65,5 juta tahun lalu.
Burung modern dicirikan oleh adanya bulu, paruh tanpa gigi, telur bercangkang keras, tingkat metabolisme yang tinggi, memiliki empat bilik jantung, dan tubuh yang ringan tapi berkarangka kuat. Semua burung memiliki forelimbs yang diubah fungsi sebagai sayap dan dapat terbang dengan beberapa pengecualian termasuk ratites, penguin, dan sejumlah spesies endemik berbagai tempat di dunia. Burung juga memiliki pencernaan yang unik dan sistem pernapasan yang disesuaikan untuk kegiatan terbang. Beberapa jenis burung, terutama corvids dan beo, adalah salah satu spesies hewan paling cerdas; beberapa jenis burung yang telah diamati manufaktur dan menggunakan alat-alat, dan banyak spesies sosial budaya menunjukkan transmisi pengetahuan di seluruh generasi.

Nama kelas aves berasal dari bahasa latin, dan nama ilmu yang mempelajari burung ortinology berasal dari bahasa yunani, yaitu ornis.
Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria.
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar.


B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan aves?
2.       Bagaimana karakteristik aves?
3.       Bagaimana struktur bulu pada aves?
4.       Bagaimana suara burung ?
5.       Bagaimana sistem rangkanya aves?
6.      Bagaimana system pencernaan aves?
7.      Bagaimana system pernafasan aves?
8.      Bagaimana system peredaran darah aves?
9.      Bagaimana system ekresi pada aves?
10.  Bagaimana system saraf pada aves?
11.  Bagaimana system reproduksi aves?
12.  Bagaimana klasifikasi ?
13.  Bagaimana prilaku/kebiasaan aves?
14.  Bagaimana habitat ?
15.  Bagaimana bentuk paruh burung yang bengkok?
16.  Apa kegunaan kerugian aves?















C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan aves
2.      Untuk mengetahui karakteristik aves
3.      Untuk mengetahui struktur bulu pada aves
4.       Untuk mengetahui suara burung
5.       Untuk mengetahui sistem rangkanya aves
6.      Untuk mengetahui system pencernaan aves
7.      Untuk mengetahui system pernafasan aves
8.      Untuk mengetahui system peredaran darah aves
9.      Untuk mengetahui system ekresi pada aves
10.  Untuk mengetahui system saraf pada aves
11.  Untuk mengetahui system reproduksi aves
12.  Untuk mengetahui klasifikasi
13.  Untuk mengetahui prilaku/kebiasaan aves
14.  Untuk mengetahui habitat aves
15.  Untuk mengetahui paruh burung yang bengkok
16.  Untuk mengetahui kegunaan kerugian aves














BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN AVES
Nama kelas “Aves” berasal dari bahasa Latin yang berarti burung, Ilmu yang mempelajari burung Ornithologi yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ornis”. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves atau burung memiliki ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves adalah satu-satunya kelompok hewan yang memiliki bulu, (jangan salah mamalia berambut, bukan berbulu). Hal ini merupakan keunikan tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Berikut adalah uraian singkat tentang kelas aves.
Burung merupakan hewan yang tubuhnya diselaputi oleh blu-bulu. Anggota depannya berubah menjadi sepasang sayap.
Burung merupakan hewan yang paling banyak diketahui dan mudah di kenali, karena burung banyak diketahui disekitar manusia dan aktif pada siang hari. Burung memiloiki ciri yang khas yaitu memiliki bulu yang menutupi dan mellindungi tubuhnya sehingga dapat mempertahankan suhu tubuh yang berbeda dengan suhu lingkungannya.
Selain itu bulu burung sangat berperan saat waktu terbang, selain burung tidak ada hewan lain yang memiliki bulu. Dengan memiliki kemampuan terbang butung dapat menghuni habitat yang tidak dapat di huni oleh hewan lainnya.
Hampir setiap bagian dari anatomi burung yang khas te rmodifikasi dalam beberapa hal untuk meningkatkan kemampuan terbang, dan tulang-tulang burung memiliki struktur internal yang menyerupai sarang lebah yang membuat mereka kuat namun ringan.






B.                 KARAKTERISTIK AVES
v  Tubuh ditutupi bulu
v  Memiliki 2 pasang anggota tubuh; 2 anggota tubuh depan dimodifikasi menjadi sayap yang digunakan untuk terbang; 2 anggota tubuh belakang dimodifikasi untuk berjalan, bertengger, atau berenang; setiap kaki dilengkapi dengan 4 jari; kaki dan jari ditutupi kulit yang mengalami kornifikasi.
v  Skeleton tersusun atas tulang sejati; mulut dilengkapi paruh dengan zat tanduk; tidak memiliki gigi (kecuali unggas yang sudah punah); leher sangat fleksibel; pelvis mengalami fusi dengan beberapa vertebra dan terbuka ke bagian ventral; sternum membesar; vertebra ekor pendek dan mengecil ke arah posterior.
v  Jantung terdiri dari 4 ruangan (2 serambi dan 2 bilik terpisah sempurna); sel darah merah berbentuk oval bikonveks dan memiliki nukleus.
v  Respirasi menggunakan paru-paru yang melekat ke rusuk dan dilengkapi dengan kantung udara tipis yang memanjang di antara organ internal; kotak suara (siring) terdapat di bagian dasar trakea.
v  Terdapat 12 pasang saraf kranial
v  Homoithermis
v  Fertilisasi internal,  telur  mengandung kuning telur yang besar, ditutupi cangkang yang keras, dan diletakkan di luar tubuh untuk dierami, anak yang baru menetas dipelihara induknya
C.                STRUKTUR BULU
Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya di udara selain yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu (QS. Surat Al-Mulk: 19),
1)      Pergantian Bulu
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun dan diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan.

Namun ada juga yang mengalami pergantian bulu
parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin.
Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan diganti yang baru, sebagai berikut:
v  Juvenal plumage (bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada burung passerine hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu first winter plumage.
v  First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir musim panas atau musim gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari spesiesnya.
v  First nuptial plumage (bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama yang akan rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
v  Second winter plumage (bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu dewasa pada musim dingin kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun pertama atau lebih dari dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa kawin kedua pada musim semi berikutnya.
Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi masih dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah terutama bulu masa kawin. Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya, itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
  • Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
  • Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
  • Plumae, Bulu yang sempurna.
  • Barbae
  • Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
·         Susunan plumae terdiri dari :
Ø  Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
Ø  Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
Ø  Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
Ø  Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis.







http://mochammadiqbal.files.wordpress.com/2008/10/99.jpg?w=540
 










Gambar Struktur Bulu Burung
(sumber: Harunyahya.com)

 














Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
  • Tectrices, bulu yang menutupi badan.
  • Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi.
  • Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
  • remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia.
  • Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
  • Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku.
  • Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
  • Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).
Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut sebagai bulu powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya tetapi barbulaenya terpisah
http://mochammadiqbal.files.wordpress.com/2008/10/535px-snowyowloverallarp750pix.jpg?w=267&h=300menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini belum jelas, tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu bubuk membantu mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur saat pengeraman.









Burung Hantu
Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah bulu-bulu luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala burung Caprimulgids dan burung penangkap serangga flycatchers (Sukiya, 2003). Bristle yang menutupi lubang hidung terdapat pada burung pelatuk. Hal ini merupakan bentuk adaptasi burung pelatuk agar partikel-partikel kayu tidak masuk saluran pernafasan. Bristle pada burung hantu dan caprimulgids membantu mendeteksi posisi sarang, tempat bertengger dan benda yang menghalangi. Fungsi bristle didukung oleh adanya getaran dan tekanan reseptor didekat folikel bulu (Sukiya, 2003).
http://mochammadiqbal.files.wordpress.com/2008/10/graphic13.jpg?w=300&h=226Bentuk bulu ekor burung pada saat tidak terbang bermacam-macam, antara lain berbentuk persegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah panjang, bundar, berbentuk cakram, berbentuk tingkatan, dan berujung runcing (Sukiya, 2003).







http://mochammadiqbal.files.wordpress.com/2008/10/brung.jpg?w=300&h=250Ekor bentuk persegi (sumber: http://en.wikipedia.org)









Bentuk ekor bulat (sumber: Foto KKL KBS)

http://mochammadiqbal.files.wordpress.com/2008/10/images2.jpeg?w=540
 








Bentuk ekor bulu sebelah luar memanjang (sumber: Foto KKL KBS)
2)       Warna Bulu
http://mochammadiqbal.files.wordpress.com/2008/10/brung-3.jpg?w=196&h=300Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.











Burung merak (sumber: www.harunyahya.com)

http://mochammadiqbal.files.wordpress.com/2008/10/brung-4.jpg?w=265&h=300
 












Burung Bayan (sumber Foto KKL KBS)
Butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu luar memberikan efek ring Newton dan menyebabkan perubahan warna-warni bulu. Warna hijau, biru dan violet tidak dihasilkan oleh pigmen tetapi tergantung dari struktur bulu. Contohnya burung bluebird yang bulunya berwarna biru tetapi tidak mengandung pigmen warna biru. Warna ini ditimbulkan oleh pigmen kuning yang menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin (Sukiya 2003). Salah satu spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix, mempunyai kuning telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid dan 60% dari pigmen merah yang disebut astasantin.
Meski warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah akibat faktor internal maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama juga dapat berubah warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya. Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung terdapat dimorfisme warna dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak berperan pada burung jantan, yaitu sebelum hingga awal pergantian bulu. Sedangkan pada burung betina kemungkinan diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosteron.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah oksidasi dan gesekan/abrasi. Warna yang ditimbulkan karoten dapat memudar karena sinar matahari.

3)       Aransemen Bulu
Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-bidang terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi bulu disebut apterile. Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya menutupi hampir sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada, yaitu:
- capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus ke pterilae berikutnya.
- Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar ekor dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
- Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus. Bagian apterilae dadabawah dan perut beberapa burung, kaya pembuluh darah selama bersarang dan merupakan daerah mengeram (brood patch). Pada saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan kulitnya tipis.
- Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang meluas ke belakang pada sisi pundak.
- Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
- Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
- Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut ke tubuh.
- Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya, 2003).
D. SUARA BURUNG
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud.., dan dia berkata: “ Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya semua ini benar-benar suatu kurnia yang nyata” . (QS. An-Naml: 16)
Organ tempat dihasilkannya suara pada burung adalah syring (Young, 1981; Lundberg dan Alatalo, 1992). Syring atau kotak suara (voice box) terdapat pada persimpangan antara trakhea dengan bronkus. Pada syring terdapat sepasang membran tymphani semilunar (MTM) yaitu selaput yang bergetar dan menghasilkan bunyi jika dilewati oleh udara.
Ada dua jenis suara pada burung, yaitu call dan song. Jenis suara call digunakan dalam komunikasi sosial antar sesamanya, sebagai isyarat adanya musuh dan ketika menemukan makanan. Jenis suara song merupakan tipe suara untuk menyatakan daerah kekuasaan (klaim teritorial) dan ketika mau mengawini pasangannya (Young, 1981).
Fungsi Suara Pada Burung
1)      Fungsi suara yang utama pada burung adalah untuk bertasbih kepada Allah SWT. Jangan Anda beranggapan bahwa kicauan burung-burung adalah sebuah kesenangan semata, tetapi burung-burung tersebut sedang bertasbih dan membesarkan asma Allah, Rabb Maha Pencipta. Bukankah Al Qur’an menjelaskan bahwa semua yang ada di permukaan bumi bertasbih kepada Allah, Tuhan Yang Menciptakannya [Al Qur’an Surat Al Israa’ ayat 44].
2)      Pada burung, suara juga berfungsi dalam menandai wilayah kekuasaan (klaim teritorial) dan atraksi sebelum mengawini pasangannya (Lundberg dan Alatalo, 1992). Selain itu.
3)      suara juga berfungsi sebagai indikator kesejahteraan hewan (animal welfare) (Koene, 2001) dan sebagai ekspresi emosional dan status fisiologi hewan (Koene, 1996). Oleh karena itu, dengan mendengarkan suara kita dapat mengetahui apakah seekor burung dalam keadaan sehat atau sakit.
4)      Selain itu, suara juga dapat dijadikan sebagai penanda individu, karena setiap individu mempunyai karakteristik suara yang spesifik. Belakangan, suara juga telah digunakan dalam proses penyembuhan (sound therapy), terutama bermanfaat dalam penyembuhan penyakit kejiwaan seperti stres pada manusia. Dengan menggunakan getaran suara pada frekuensi tertentu, suara dapat digunakan dalam proses penyembuhan.





E. SISTEM RANGKA
a) Struktur rangka
Burung memiliki struktur tulang yang beradaptasi untuk terbang.Adaptasi tulang burung adalah sebagai berikut :
v  Burung memiliki paruh yang lebih ringan dibandingkan rahang dan gigi pada hewan mamalia.
v  Burung memiliki sternum (tulang dada) yang pipih dan luas, berguna sebagai tempat pelekatan otot terbang yang luas.
v  Tulang-tulang burung berongga dan ringan .Tulang-tulang tersebut sangat kuat karena memiliki struktur bersilang.
v  Sayap tersusun dari tulang-tulang yang lebih sedikit dibandingkan tulang-tulang pada tangan manusia.Hal ini berfungsi untuk mengurangi berat terutama ketika burung terbang.
v  Tulang belakang bergabung untuk memberi bentuk rangka yang padat,terutama ketika mengepakkan sayap pada saat terbang.
v  Burung juga memiliki tulang-tulang yang khas yang sesuai untuk terbang.Anggota depan berubah fungsi menjadi sayap.Tulang dan dada membesar dan memipih sebagai tempat melekatnya otot-otot dan sayap.Hal ini memungkinkan burung untuk terbang.
b) Fungsi Rangka
Berikut fungsi rangka pada burung perkutut :
· Tengkorak : Melindungi otak dan isi kepala
· Tulang leher : Untuk menghubungkan ke tempurung kepala.
· Tulang lengan : Untuk menggerakkan sayap.
· Tulang hasta : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang lengan.
· Tulang pengumpil : Tulang sayap yang menghubungkan dengan tulang lengan.
· Korakoid : Penghubung tulang dada.
· Tulang dada : Tempat melekatnya otoT untuk terbang.
· Tulang rusuk : Tulang yang melindungi isi perut.
· Pelvis : Penghubung tulang ekor.
· Tulang ekor : Tulang penghubung dengan kloaka.
· Tulang kering : Penghubung tulang paha kebetis.
· Tulang paha : Untuk persendian.


F.SISTEM PENCERNAAN
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
1)      Paruh: merupakan modifikasi dari gigi, yang berfungsi untuk mengambil makanan
2)      Rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut danTanduk.
3)      Faring: berupa saluran pendek,
4)      Esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat,
5)      Lambung terdiri atas:
6)      Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis.
7)      Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal.
8)      Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”,
9)      Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
10)  Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
11)  Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas.
Sistem Pencernaan burung
Pada mulut terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk mengambil makanan.Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk kedalam rongga mulut lalu menuju kerongkongan.Bagian bawah kerongkongan membesar berupa kantong yang disebut tembolok.Kemudian masuk ke lambung kelenjar .Disebut lambung kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi.Kemudian makan masuk menuju lambung pengunyah.Disebut lambung pengunyah karena dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk menghancurkan makanan.Didalam hati,empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk membantu mencerna makanan secara mekanis. Kemudian,makanan masuk menuju usus halus.Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu dialirkan kedalam usus halus.Hasil pencernaan berupa sari- sari makanan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus.Burung mem-punyai dua usus buntu yang terletak antara lambung dan usus.Usus buntu berguna untuk memperluas daerah penyerapan sari makanan. Sisa makanan didorong ke usus besar kemudian kedalam poros usus (rektum) dan akhirnya dikeluarkan melalui kloaka.
Sistematis pencernaan makanan pada burung :
Mulut / paruh → Kerongkongan → Tembolok → Lambung kelenjar →
Lambung pengunyah → Hati → Pankreas → Usus halus → Usus besar →
Usus buntu → Poros usus (rectum) → Kloaka.
G. SISTEM PERNAFASAN
a.                   Burung mempunyai alat pernafasan (pulmo). Ukuran pulmo relatif kecil di bandingkan ukuran tubuhnya. Paru-paru burung terbentuk untuk bronkus primer, bronkus skunder da pembuluh brokiolus. Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus yang merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus sekunder anterior dan posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus. Ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh parabronkus. Paru-paru burung memiliki kurang/lebih 10000 buah. Parabronkus yang garis tengahnya kurang/lebih 0,5mm. sepasang paru-paru pada burung menempel di dinding dada bagian dalam. Paru-paru burung memiliki perluasan yang disebut kantong udara sakus pneumatikus yang mengisi daerah selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus, dan daerah leher.
Alat pernapasan yang terdiri atas:
a. Lubang hidung
b. Celah tekaka pada faring, berhubungan dengan trakea.
c. Trakea berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun disepanjang trakea.
d. Siring (alat suara), terletak dibagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara. Selain itu dapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput yang mudah bergetar.
Getaran selaput suara tergantung besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot siringialis.
e. Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri.
f. Bronkus (cabang trakea), tertletak antara siring dan paru-paru.
g. Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.
Burung mempunyai alat bantu pernapasan yang disebut pundi-pundi udara yang berhubungan dengan paru-paru. Fungsi pundi-pundi udara antara lain untuk membantu pernapasan dan membantu membesarkan rongga siring sehingga dapat memperkeras suara. Proses pernapasan pada burung terjadi sebagai berikut. Jika otot tulang rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah.
Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam pundi-pundi udara.
Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga udara dari pundi-pundi udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru. Untuk lebih jelas, dibawah ini akan dijelaskan bagaimana mekanisme pernapasan pada burung.
Pertukaran gas terjadi dalam paru-paru, tepatnya pada parabronkus yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah. Paru-paru burung berhubungan dengan sakus pneumatikus melalui perantara bronkus rekurens. Selain berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, sakus pneumatikus juga membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara, mencegah hilangnya panas badan yang terlalu tinggi, menyelubungi alat-alat dalam untuk mencegah kedinginan, serta mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung perenang. Perubahan massa jenis ini dengan cara memperbesar atau memperkecil kantong udara.









Mekanisme Pernafasan Burung Adalah Sebagai Berikut:

respirasi%252520burung Sistem Respirasi (2) : Respirasi pada hewan Vertebrata
Pernapasan pada burung saat tidak terbang
1.      Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan O2 berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong udara.
2.      Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2 dan O2 dapat berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.

Pernapasan pada burung saat terbang
Pada saat terbang, burung tidak dapat menggerakkan tulang rusuknya. Oleh sebab itu, pada saat burung terbang yang berperan penting dalam pernapasan adalah kantong hawa. Inspirasi dan ekspirasinya dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi hawa antar tulang korakoid (bahu) dan pundi hawa bawah ketiak.
1.Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadilah inspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
2.Fase Ekspirasi : Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa ketiak terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid mengembang, sehingga udara mengalir keluar dari kantong hawa melewati paru-paru sehingga terjadilah ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2. Dengan cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru burung saat terbang. Jadi pertukaran gas pada burung saat terbang juga berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.

H. PEREDARAN DARAH BURUNG
peredaran darah burung. Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran darah, dan pembuluh-pembuluh darah. Darah pada burung tersusun oleh eritrosit berbentuk oval dan berinti.
Jantung burung berbentuk kerucut dan terbungkus selaput perikardium. Jantung terdiri dari dua serambi yang berbdinding tipis serta dua billik yang dindingnya lebih tebal.
Pembuluh-pebmuluh darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri yang keluar dari bilik kiri ada tiga buah, yaitu dua arteri anonim yang bercabang lagi menjadi arteri-arteri yang memberi darah kebagian kepala, otot terbang, dan anggota depan; dan sebuah aorta yang merupakan sisa dari arkus aortikus yang menuju kekanan (arkus aortikus yang menuju kekiri mereduksi). Pembuluh nadi ini kemudian melingkari bronkus sebelah kanan dan membelok kearah ekor menjadi aorta dorsalis (pembuluh nadi punggung). Pembuluh nadi yang keluar dari bilik kanan hanya satu, yakni arteri pulmonalis (pembuluh nadi paru-paru), yang kemudian bercabang menuju paru-paru kiri dan kanan.
Pembuluh balik atau vena dibedakan atas:
1. Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior); vena ini membawa darah dari kepala, anggota depan, dan anggota otot-otot pektoralis menuju jantung.
2. Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior); membawa darah dari bagian bawah tubuh ke jantung.
3. Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru kiri serta membawa darah menuju serambi kiri jantung.



I. SISTEM EKSKRESI
Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal metanerfous.ginjal dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal burung lebih banyak dari pada mamalia karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap 1ml kubik jaringan korteks ginjal burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal ini membentuk lengkung henle kecil.
Air dalam tubuh disimpan melelui reabsorpsi ditubulus. Di dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal putih yang bercampur feses.
Khusus pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresi asam urat juga garam. Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air garam dan memakan ikan laut yang mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam diatas mata. Larutan garam mengalir kerongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya garam keluar lewat ujung paruh.
J.SISTEM SARAF
Susunan saraf pada burung serupa dengan susunan saraf pada manusia dan hewan menyusui.Segala kegiatan saraf di atur oleh susunan saraf pusat.
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum belakang.Otak burung juga terdiri atas empat bagian ,otak besar,otak tengah,otak kecil dan sum-sum lanjutan.Selain otak kecil maka otak besar pada burung juga bisa tumbuh dengan baik.Otak besar burung berbeda dengan otak besar pada manusia.
Permukaan otak besar pada burung tidak berlipat-lipat,sehingga jumlah neuron padda burung berkembang dengan membentuk dua gelembung.Perkembangan ini berhubungan dengan fungsi penglihatanya.
Otak kecil pada burung mempunyai lipatan-lipatan yang memperluas permukaan sehingga dapat menampung sejumlah neuron yang cukup banyak.Perkembangan Otak kecil ini berguna bagi pengaturan keseimbangan burung di waktu terbang.
Pada retina mata burung ada dua macam sel indra penerima rangsang cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang peka terhadap rangsang cahaya lemah sedangkan sel kerucut peka terhadap cahaya yang kuat. Burung malam memiliki retina yang banyak mengandung sel batang. Burung siang memiliki banyak sel kerucut. Lensa mata pada burung mempunyai akomodasi yang baik
K.SISTEM REPRODUKSI
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
a.  Sistem Genitalia Jantan.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian- permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan- epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
b.  Sistem Genitalia Betina.
Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang sebelah kiri,- bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.
c.  Proses Fertilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
d. Fungsi bagian-bagian telur aves :
- Titik embrio –> bagian yang akan berkembang menjandi embrio
- Kuning telur –> cadangan makanan embrio
- Kalaza –> menjaga goncangan embrio
- Putih telur –> menjaga embrio dari goncangan
- Rongga udara –> cadangan oksigen bagi embrio
Jantung burung gereja berdetak 460 kali dalam semenit. Suhu tubuhnya adalah 108°F (42°C). Suhu tubuh setinggi ini, yang bisa berakibat kematian pada binatang darat, sangat penting bagi kelangsungan hidup sang burung. Tingkat energi yang tinggi yang diperlukan oleh burung untuk terbang dihasilkan oleh metabolisme tubuh yang cepat ini.
L. KLASIFIKASI
Yang sudah punah:
1. Aepyornithiformes
2. Dinornithiformes
3. Hesperornis dan ichthyornis
4. Archaeopteryx
5. Diatryniformes
Yang masih bertahan
1. Ordo Apterygiformes
Merupakan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Bulu-bulu panjang seperti rambut, tak bercabang.
b)      Sayap kecil.
c)      Paruh panjang, langsing, pada ujungnya terdapat lubang hidung.
d)     Mata kecil.
e)      Leher dan tungkai relatif pendek.
f)       Jari-jari kaki belakang 4.
g)      Tulang dada tanpa lunas.
h)      Telurnya paling besar diantara burung-burung yang masih hidup.
i)        Hidup di permukaan tanah, aktif di malam hari (Nocturnal).
j)        Makanannya cacing atau serangga.
Contoh spesiesnya: Apteryx australis (Burung Kiwi).
2. Ordo Struthioniformes
Merupakan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Ukuran tubuhnya besar.
b)      Kepala, leher dan tungkai berbulu tipis.
c)      Kepala kecil, leher panjang dan teratur.
d)     Paruh pendek dan besar.
e)      Bulu tidak bercabang.
f)       Kaki berjari-jari dua.
g)      Tulang dada tanpa lunas.
h)      Terdapat simfisid pubis.
i)        Tanpa pygostyle.
Contoh spesiesnya: Struthio camelus (Burung Unta).
3. Ordo Rheiformes
Merupakan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Dapat berlari cepat.
b)      Kepala, leher dan paha berbulu.
c)      Bulu tak bercabang.
d)     Sayap cukup besar.
e)      Kaki berjari tiga dengan cakar yang kuat.
f)       Tulang dada tanpa lunas.
Contoh spesiesnya: Rhea Americana.
4. Ordo Casuarriiformes
Merupaan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)       Ukuran tubuh besar.
b)      Kepala berbulu tipis, leher dan badan berbulu tebal.
c)      Bulu bercabang hamper sama panjang dengan induknya.
d)     Kaki berjari tiga, satu diantaranya bercakar runcing.
e)      Tulang dada tanpa lunas.
f)       Sayap kecil.
Ordo ini terdiri dari dua familia salah satunya familia Casuaridae Contoh spesiesnya: Casuarius casuarius (Kasuari).
5. Ordo Tinamiformes
Merupakan kelompok burung-burung kecil, terestrial, tak pandai terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Sayap kecil bulat.
b)      Tulang dada berlunas.
c)      Bulu ekor dan pygossyle menyusut.
d)     Telur mengkilat.
e)      Pemakan tumbuhan.
Contoh spesiesnya: Eudromia elegans.
6. Ordo Podicipediformes
Mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Hidup di air tawar, pandai menyelam.
b)      Tungkai terletak jauh di bagian belakang tubuh.
c)      Kaki berlebus.
d)     Ekor pendek.
e)      Tempurung lutut besar.
f)       Tarsus pipih.
Contoh spesiesnya: Podiceps cristalis.
7. Ordo Gaviiformes
Mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Tungkai pendek, terletak di bagian belakang tubuh.
b)      Ekor terdiri atas 18 – 20 lembar bulu yang kaku.
c)      Jari-jari berselaput renang.
d)     Patella (tempurung lutut) kecil.
e)      Pandai terbang,
Contoh spesiesnya: Gavia immer.
8. Ordo Spheniscitormes
Mencakup semua jenis burung pinguin dengan ciri-ciri umum sebagai berikut:
a)      Burung air tidak dapat terbang.
b)      Memiliki bulu-bulu kecil seperti sisik menutup seluruh tubuh.
c)      Sayap berbentuk seperti dayung, berguna untuk terbang di dalam air.
d)     Kaki berjari-jari 4 menghadap ke depan dan berselaput.
e)      Tulang-tulang berbentuk pipih.
f)       Di bawah kulit terdapat lapisan lemak yang tyebal.
Contoh spesiesnya: Aptenodytes forster (Pinguin).
9. Ordo Procellariiformes
Kelompok burung laut dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Lubang hidung berbentuk buluh.
b)      Paruh tertutup oleh beberepa kepingan bahan tanduk.
c)      Di dalam kepala terdapat kelenjar garam.
d)     Jari-jari belakang sangat mereduksi atau menghilang sama sekali.
e)      Bulu-bulu tersususn padat dan tampak berminyak.
f)       Sayap pankang dan sempit.
Ordo ini terdiri dari empat familia dua di antaranya ialah familia Diomedeidae contoh spesiesnya: Diomedea nigripes (Albatros) dan familia Hydrobatidae contoh spesiesnya Hydrobales pelagicus.
10. Ordo Pelecaniformes
Mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Lubang hidung sangat mereduksi atau tidak ada sama sekali.
b)      Mempunyao kantung leher.
c)      Kaki berjari 4 dan berselaput.
d)     Paruh panjang dapat membuka leher untuk menangkap dan menelan ikan.
e)      Hidup berkoloni.
Ordo ini mencakup enam familia, beberapa diantranya ialah familia Plecanidae dengan contoh spesiesnya Pelecanus conspicillasis, familia Anhingidae dengan contoh spesiesnya Anhinga anhinga, Phalocrocoracidae dengan contoh spesiesnya Phalocrocorax carbo.
11. Ordo Ciconiiformes
Mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Leher dan tungkai panjang.
b)      Paruh besar lurus atau berombak tajam.
c)      Jari-jari tanpa selaput.
d)     Bulu-bulu dekoratif.
e)      Burung yang baru menetas tidak berbulu.
f)       Makanannya ikan, atau hewan-hewan air yang lainnya.
Contoh: familia Ardeidae dengan contoh spesiesnya Ardea herodria, familia cicoliniidae dengan contoh spesiesnya Leptoptilos javanicus (Bangau).
12. Ordo Anseriformes
Mencakup bangsa itik dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Paruh lebar tertutup oleh lapisan bahan tanduk yang lunak.
b)      Tepi paruh berlamela (berpematang) transversal.
c)      Lidah berdaging.
d)     Tungkai pendek, jari-jari berselaput.
e)      Ekor umumnya pendek, tersusun atas banyak bulu.
Ordo ini mencakaup dua familia yaitu familia Anhimidae dengan contoh spesiesnya Anhima cornuta, dan familia Anatidae dengan contoh spesiesnya Anas platyrynchos.
13. Ordo Falconiformes
Mencakup burung-burung buas dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Paruh pendek, ujungnya melepas dan runcing, tepi-tepinya tajam.
b)      Jari-jari kaki tajam melengkung sesuai untuk mencengkram mangsanya.
c)      Kuat terbang.
Ordo ini mencakaup lima familia diantaranya yaitu familia Falconidae dengan contoh spesiesnya Falco peregrius, dan familia Accipitridae dengan contoh spesiesnya Haliaster indus.
14. Ordo Galliformes
Mencakup burung-burung terrestrial dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Terbangnya pendek-pendek.
b)      Paruh pendek bulu dengan cabang bulu.
c)      Kaki digunakan untuk berlari dan mengais.
d)     Pemakan biji-biji rerumputan (Graminivor).
Ordo ini mencakaup tujuh familia diantaranya yaitu familia Megapodidae dengan contoh spesiesnya Megapodius, dan familia Phasianidae dengan contoh spesiesnya Pavo mulicus.
15. Ordo Gruiformes
Mencakup berbagai jenis burung yang mempunyai ukuran yang bervariasi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Ada yang tak pandai terbang dan yang pandai terbang.
b)      Bulu-bulu bercabang.
c)      Tungkai panjang.
d)     Paruh besar.
Ordo ini mencakaup dua belas familia, diantaranya yaitu familia Turnicidae dengan contoh spesiesnya Turnix suscicator (Gemak puyuh), dan familia Rallidae dengan contoh spesiesnya Porphyrula martinica.
16. Ordo Caradriiformes
Mencakup burung-burung pantai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Sayap dan tungkai panjang dan ramping.
b)      Jari-jari berselaput.
c)      Paruh berbentuk buluh sebagi alat penyedot.
d)     Bulu-bulu tebal, tersusun rapat.
Ordo ini meliputi 16 familia, beberapa dianmtaranya ialah familia Jacanidae dengan contoh spesiesnya Hydrophasianus chirurgus, familia Burhinidae dengan contoh spesiesnya Numenius americanus, dan familia Laridae dengan contoh spesiesnya Larus marinus.
17. Ordo Columbiformes
Mencakup burung-burung sebangsa merpati dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Paruh pendek dan langsing.
b)      Tarsus biasanya lebih pendek daripada jari-jari.
c)      Kulit tebal dan halis.
d)     Tembolok besar dan menghasilkan cairan seperti susu (pigeon susu) untuk anaknya.
e)      Pemakan biji-bijian (Graminivor) dan buah-buahan (fragivor).
Ordo ini mencakaup tiga familia, diantaranya yaitu familia Pteroclidae dengan contoh spesiesnya Pterocles alchata, familia Raphidae dengan contoh spesiesnya Raphus cuculatus dan familia columbidae dengan contoh spesiesnya Streptopelia bitorquata.
18. Ordo Psittaciformes
Mencakup burung-burung sebangsa kakatua dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)       Bulu-bulu berwarna hijau, biru, kuning atau hijau.
b)      Paruh pendek, sempit, tepinya tajam, ujungnya berkait.
c)      Paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehingga dapat bergerak.
d)     Kaki bertipe “zygodactylus” (dua jari ke depan dua jari ke belakang).
e)      Jari terluar tidak “reversible” (tidak dapat dibalikka ke depan).
Ordo ini mencakaup satu familia psittacidae dengan beberapa contoh spesiesnya Psittacula alexandrii, Cacatua galerita dan Probosciger aterrimus.
19. Ordo Cuculiformes
Mencakup burung-burung yang sering di sebut kuko,dengan cirri-ciri sebagai berikut :
a)      Dua buah jari kaki ke depan, dua buah yang lain ke belakang ; jari terluar dapat di balikan ke depan
b)      Kaki tidak sesusi dengan mencengkram
c)      Ekor panjang
d)     Paruh sedang
e)      Banyak anggota familia ini bersifat parasit (yang betina menitipkan telur –telurnya di sarang burung lain ).
Ordo ini mengcakup dua familia yaitu familia Mosophagidae dengan contoh spesies Tauraco. familia Cuculidae dengan contoh spesies Centropus bengalensis dan Cuculus canorus.
20. Ordo Strigiformes
Mencakup jenis –jenis burung hantu dengan cirri-ciri umum sebabgai berikut :
a)      Kepala besar dan bulat
b)      Mata besar dan menghadap ke depan, di kelilingi oleh bulu-bulu yang tersusun radial ( menjari)
c)      Lubang telinga lebar, sering kali tertutup oleh lipatan kulit
d)     Paruh pendek
e)      Jari kaki mempuyai cakar yang tajam sesuai dengan fungsinya untuk mengcengkeram
f)       Aktif diwaktu malam (nocturnal),predator.
Ordo ini mencakup dua familia yakni familia Tytonidae dengan contoh spesies Tyto alba, familia Strigidae dengan contoh spesies Bubo virginianus.
21. Ordo Caprimulgiformes
Mencakup jenis – jenis burung cabak dengan ciri-ciri umum sebagai berikut :
a)      Paruh kecil dan lunak
b)      Mulut lebar, tepi paruh bagian atas tertutup oleh bulu-bulu peraba yang bentuknya seperti rambut-rambut kaki;
c)      Bulu-bulu halus
d)     Kaki kecil dan linak
e)      Nocturnal, insektivor.
Ordo ini mencakup lima familia. Dua diantaranya adalah familia Caprimulgidae dengan contoh spesies Caprimulgus vociverus familia Podargidae dengan contoh spesies Podargus.
22. Ordo Apodiformes
Mencakup sebangsa burung layang-layang dengan ciri-ciri umu sebagai berikut :
a)      Tubuh kecil
b)      Tungkai sangat kecil
c)      Sayap runcing
d)     Paruh kecil dan lunak, ada yang langsing dengan lidah berbentuk bulu panjang.
Ordo ini mengcakup tiga familia. Dua diantaranya ialah familia Apodidae dengan contoh spesies Collcalia esculenta dan familia Trochilidae denagan contoh spesies Colibri coruncans.
23. Ordo Trogoniformes
Mencakup burung-burung dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a)      Paruh pendek dan bahu dengan “rambut-rambut bahu” pada pangkalnya
b)      Kaki kecil dan lunak
c)      Bulu-bulu berwarna cerah, seringkali berwarna hijau.
Ordo ini mengcakup satu familia Trogonidae dengan salah satu contoh spesies Trogon viridis.
24. Ordo Coliiformes
Mencakup burung-burung dengan ciri-ciri sebgai berikut :
a)      Kaki bertipe paserin ( tiga jari kedepan, satu jari kebelakang )
b)      Jari ke-1 dan ke-4 reversibel
c)      Ekor sangat panjang
d)     Pemakan serangga (insektivor) dan buah (frugivor)
Ordo ini mencakup satu familia Colidae dengan contoh spesies Colius macrouros.
25. Ordo Coraciiformmes
Mencakup berbagai jenis burung yang morfologis yang tidak begitu mirip.ciri-ciri umumnya sebagai berikut :
a)      Paruh kuat
b)      Jari-jari ke-3 dan ke -4 bersatu pada bagian pangkal.
Ordo ini mencakup tujuh familia. Dua di antaranya adalah familia Alcedinidae dengan contoh spesies Halcyon chloris dan familia Bucerotidae dengan contoh spesies Buceros bicornis (enggang).
26. Ordo Piciformes
Mencakup jenis-jenis burung yang morfologis tidak begitu mirip.ciri-ciri umumnya adalah sebagai berikut :
a)      Paruh kuat
b)      Bulu ekor kaku,ujungnya runcing
c)      Lidah dengan ujung yang kasar atau di lengkapi dengan bayangan seperti bulu. Lidah dapat di julurkan.
Ordo ini mengcakup lima familia. Tiga diantaranya ialah familia Capitonidae dengan contoh spesies Megalaima corvina, familia Ramphasidae dengan contoh spesies Ramphastor sulfuratus familia Picidae dengan contoh spesies Dinopium javanense.
27. Ordo Passeriformes
Mencakup sejumlah besar jenis burung dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Kaki berjari-jari empat,3 ke depan dan 1 ke belakang
b)      Paruh sesuai dengan memotong.
Ordo ini mencakup sekitar 69 familia. Beberapa contohnya ialah familia Hirundinidae dengan contoh spesies Hirundo rustica, Dicruridae dengan contoh Dicrurus macrocercus, Oriolidae dengan contoh Oriolus chinensis.



M.PERILAKU / KEBIASAAN
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.
Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong, walet, dan namdur.
Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan perlindungan. Anak burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang.
Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina. Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya.
N. HABITAT
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Contoh habitat dan spesiesnya:
1)  Hutan
Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram.
Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise (‘burung surga’ oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda – yang berarti ‘tak berkaki’.
2) Perkotaan/ pedesaan
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat “ayam” saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl).
Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar. Dengan populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly’s Bird Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur.
Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek. Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon.
3).Wilayah kutub
Di seluruh dunia terdapat 17 hingga 19 spesies pinguin, tergantung pada apakah dua spesies Eudyptula dihitung juga sebagai spesies. Walaupun seluruh jenis pinguin awalnya berasal dari belahan bumi selatan, namun pinguin tidak hanya ditemukan di daerah dingin atau di Antartika saja. Terdapat tiga spesies pinguin yang hidup di daerah tropis. Salah satu spesies hidup di Kepulauan Galapagos (Pinguin Galapagos) dan biasanya menyeberangi garis khatulistiwa untuk mencari makan.
4). Padang rumput
Burung unta Burung Unta (Ostrich) bukan sembarang burung. Tinggi badannya dapat mencapai 2,5 meter dengan berat 180 kg. Selain besar. Burung Unta juga memiliki daya tahan yang luar biaya. Burung ini bisa bertahan hidup pada suhu di atas 40 derajat Celcius hingga suhu 0 derajat Celcius. Umurnya juga terbilang panjang. bisa mencapai usia sekitar 50 tahun. Walau begitu, sekalipun Burung Unta sedemikian besar, pengeluaran untuk biaya makan Burung Unta hanya mencapai kira-kira USD75 setahun.
Kesulitan umum satu-satunya dalam memelihara Burung Unta adalah masalah kandang. Diperlukan lahan yang cukup luas, dan berpagar. Masalahnya, sekali seekor Burung Unta lari keluar dari pagar, anda perlu sebuah mobil untuk mengejar dan menangkapnya, karena Burung Unta dapat berlari hingga kecepatan 50 km/jam.
5).Pesisir pantai
Burung Camar Kecil atau nama sainsnya Sterna albifrons adalah burung laut dalam keluarga Camar Sternidae. Pada suatu masa, ia diletakkan dalam genus Sterna, yang kini dihadkan kepada burung camar putih besar (Bridge et al., 2005). Dahulunya Amerika Utara (S. a. antillarum) dan Red Sea S. a. saundersi subspesies sekarang dianggap sebagai spesies berlainan, Least Tern (Sternula antillarum) dan Camar Saunders(Sternula saundersi).
Ia mempunyai bulu dikepala yang putih dengan sedikit tompok hitam di atas kepalanya. Di belakang dan di sayapnya bewarna kelabu pucat. Mempunyai tubuh sepanjang 10 inci. Ia sering menyusur sungai dan bertelur di tebing pasir. Sarang burung Camar Kecil terletak di atas tanah dan mempunyai telur bewarna cokelat kehijauan serta berbintik-bintik besar bewarna cokelat dan ungu pucat, bersaiz sekitar 1.3 hingga 0.9 inci. Burung Camar Kecil membiak di persisiran dan muara kawasan serdahana dan tropika Europah dan Asia. Ia adalah burung berhijrah yang kuat, menghabiskan musim sejuk di lautan subtropika dan tropika sejauh Afrika Selatan dan Australia.
Burung Camar Kecil membiak secara berkelompok di atas anak batu atau pantai berbatu (shingle) atau pulau. Ia menghasilkan dua hinggaempat biji telur di atas tanah. Sebagaimana kesemua camar putih, ia akan mempertahankan sarang dan anaknya dan akan menyerang penceroboh. Sebagaimana kebanyakan camar putih lain, burung Camar Kecil mencari makan dengan menjunam menyelam bagi menangkap ikan, biasanya dalam laut masin.
Pemberian ikan oleh burung jantan kepada burung betina merupakan sebahagian paparan mengawan. Ia adalah camar yang kecil, sepanjang 21-25 cm dengan panjang sayap 41-47 cm. Ia tidak mungkin dikelirukan dengan spesies lain disebabkan saiz dan bulu dahi putih semasa musim mengawan. Ia mempunyai paruh nipis yang tajam bewarna kuning dengan warna hitam di hujung dan kikinya juga bewarna kuning. Pada musim sejuk dahinya lebih putih, paruh hitam dan kaki bewarna lebih pucat. Mempunyai bunyi berkeriut yang kuat dan jelas.




O.KATEGORI BURUNG PARUH BENGKOK
Burung paruh bengkok secara ilmiah dikelompokkan ke dalam bangsa (ordo) Psittaciformes dan hanya memiliki suku (famili) tunggal, yaitu Psittacidae yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai parrot. Suku ini dibagi 3 anak suku berdasarkan morfologi dan kebiasaan makannya, yakni burang kakatua (Cacatuiinae), nuri (Loriinae), dan betet (Psittaciinae). Di seluruh dunia tercatat ada 328 jenis burang parah bengkok, sementara di Indonesia sendiri terdapat 76 jenis (23,17%) dan 14 jenis (18,42%) di antaranya merupakan burung yang dilindungi.
1.      Klasifikasi
Menurut Gruson (1976) klasifikasi burung paruh bengkok adalah sebagai berikut.
·         Filum: Chordata
·         Anak filum: Vertebrata
·         Kelas: Aves
·         Bangsa: Psittaciformes
·         Suku: Psittacidae
·         Anak suku: – Cacatudinae
·         Marga:
-          Cacatua
-          Probosciger
·         Jenis:
-          Cacatua galerita
-          Cacatua sulphurea
-          Cacatua moluccensis
-          Cacatua alba
-          Cacatua goffini
-          Probosciger aterrimus
·         Anak suku: Loriinae
·         Marga:
-          Lorius
-          Trichoglossus
-          Eos
-          Psittrichas
·         Jenis:
-          Lorius lory
-          L. domicellus
-          Trichoglossus ornatus
-          Eos histrio
-          Psittrichas fulgidus
·         Anak suku: Psittaiinae
·         Marga:
-          Eclectus
-          Tanygnathus
-          Loriculus
·         Jenis:
-          Edectus roratus
-          Tanygnathus sumatranus
-          Loriculus exilis
-          L. catamene
Anggota burung paruh bengkok banyak digemari orang karena mempunyai berbagai keistimewaan, seperti mudah dijinakkan dan akrab dengan manusia, mampu menirukan suara, mempunyai bulu yang indah, mengundang kelucuan, serta relatif mudah untuk berbiak.
Dengan keistimewaannya tersebut menjadikan masyarakat sangat tertarik untuk memelihara dan merawatnya. Oleh karenanya, berbagai seluk-beluk burung ini, seperti morfologi, penangkaran, pakan, serta kesehatannya layak untuk diketahui dan dipahami.
Disebut burung paruh bengkok karena memang bentuk paruhnya bengkok. Berbeda dengan paruh burung pemangsa, seperti elang, rajawali, dan burung hantu yang bersifat perobek, burang paruh bengkok mempunyai paruh yang bersifat masif (padat dan kompak). Paruh bagian atas dan bagian bawah berbentuk bengkok menyerupai alat catut.
Dengan bentuk demikian, paruh ini bersifat penghancur (pemecah) biji-bijian besar dan kecil yang keras sekali pun.
Burung paruh bengkok ini dapat dibedakan menjadi 3 kelompok berdasarkan bentuk lidah, cara makan, keberadaan bulu di kepala (jambul) yang dapat ditegakkan (ereksi), serta warna bulunya.
Kelompok tersebut adalah kakatua, nuri, dan betet.
2.       Kelompok Kakatua
Ciri khas dari burang kelompok kakatua adalah adanya bulu jambul yang dapat ditegakkan. Ciri lainnya terdapat pada bentuk lidah dan cara makannya. Lidah kakatua berbentuk kubus yang permukaannya halus. Pakannya berupa biji-bijian dengan kulit yang keras maupun lunak.
Cara makannya dengan memecahkan kulit biji tersebut menggunakan paruhnya yang kuat kemudian mengambil isinya dengan bantuan lidahnya. Kakatua dikenal mempunyai struktur dan bentuk paruh yang paling kuat dan kokoh di antara kelompok paruh bengkok. Warna bulu tubuhnya hanya putih, merah muda, dan hitam.
Daerah asal kakatua terbatas di daerah Indonesia Timur, yaitu Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Papua Nugini, Kepulauan Pasifik, dan Australia juga termasuk daerah asal kelompok burang ini.
Beberapa jenis kakatua yang dilindungi adalah kakatua koki, kakatua raja, kakatua-kecil jambul-kuning, kakatua tanimbar, dan kakatua maluku.
1)      Kakatua raja (Probosciger aterrimus)
Kaka tua raja mudah dibedakan dengan jenis lain dari bulu tubuh dan jambulnya yang berwarna hitam serta “pipi” berwarna merah tua.
a. Deskripsi dan penyebaran
Jenis kakatua ini mempunyai ukuran tubuh antara 55—70 cm. Bulu tubuh dan jambulnya berwarna hitam dengan “pipi” berwarna merah tua.
Penyebarannya meliputi daerah sekitar Papua dan Australia.
b. Anakjenis
Jenis ini mempunyai 3 ras atau anak jenis, yaitu goliath, stenolophus, dan aterrimus.
  1. P. a. goliath. Di antara ke-3 anak jenis kakatua raja, P. a. goliath mempunyai ukuran tubuh yang paling besar, yaitu antara 60—70 cm. Penyebarannya di Papua yang meliputi daerah sekitar Papua bagian barat, daerah kepala burung, dan P. Waigeo.
  2. P. a. aterrimus. Ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan P. a. goliath, yaitu berkisar 55—60 cm. Penyebarannya meliputi daerah Papua bagian selatan, P. Aru, sampai Australia bagian utara.
  3. P. a. stenolophus. Ukuran tubuhnya hampir sama dengan anak jenis goliath, tetapi lebar bulu jambulnya lebih sempit. Penyebarannya berada di sekitar Papua bagian utara dan P. Yapen.
c. Status populasi
Anak jenis goliath dan stenolophus masing-masing diperkirakan berjumlah 20.000 ekor. Sementara kondisi aterrimus hampir langka karena populasinya diperldrakan hanya 10.000 ekor saja. Sementara yang dipelihara ex situ (penangkaran) di seluruh dunia diperkirakan sekitar 350 ekor. Burang ini dilindungi sejak tahun 1970 melalui SK Menteri Pertanian No. 42/Kpts/Um/1970 dan dipertegas dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
2)         Kakatua tanimbar (Cacatua goffini)
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/cacatua-goffini1.jpg?w=205&h=300
Cacatua goffini
Disebut kakatua tanimbar karena burung ini hanya terdapat di P. Tanimbar, Maluku.
a. Deskripsi dan penyebaran
Panjang tubuh kakatua tanimbar sekitar 32 cm. Bulu dan jambul-nya berwarna putih. Demikian juga kelopak matanya berwarna putih kebiruan dan lore (bulu di atas paruh) berwarna merah muda. Penyebarannya hanya terdapat (endemik) di P. Tanimbar (Maluku) dan sekitarnya, yaitu P. Yamdena, Larat, dan Selara.


b. Status populasi
Populasi kakatua tanimbar di alam diperkirakan lebih dari 200.000 ekor. Pengikisan populasi diakibatkan oleh deforestasi dan penangkapan, baik untuk diperdagangkan maupun dianggap sebagai hama perkebunan jagung. Jenis kakatua ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
3)      Kakatua koki atau kakatua-besarjambul-kuning (Cacatua gallerita)
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/cacatua-galerita.jpg?w=300&h=225
Cacatua gallerita
Ukuran tubuh yang relatif besar dan adanya jambul yang berwarna kuning menjadi ciri khas dari jenis kakatua ini.
a. Deskripsi dan penyebaran
Ukuran tubuh jenis kakatua ini berkisar 30—52 cm. Bulu tubuhnya berwarna putih dengan jambul berwama kuning. Warna kuning juga terdapat di bawah sayap dan ekor. Lingkaran mata berwarna biru pucat atau putih, tergantung ras kakatuanya. Jeritannya sangat keras melengking. Penyebarannya meliputi daerah Kepulauan Maluku, Papua.
b. Anakjenis
Jenis ini mempunyai 4 ras (anak jenis). Namun, kakatua yang penyebarannya berada di wilayah Indonesia hanya 2 anak jenis, yaitu kakatua koki medium (C. g. eleonoralC. g. aruensis) dan kakatua koki besar (C. g. triton)
1) Kakatua koki medium atau kakatua-mediumjambul-kuning (C. g. eleonoralC. g. aruensis)
Penyebaran kakatua ini meliputi daerah sekitar P. Aru dan P. Kai. Kakatua koki medium sering disebut kakatua jambul kuning ukuran medium atau sedang. Ukuran sayapnya antara 26,1—29,2 cm dan merupakan ras yang terkecil. Ciri khas lain dari kakatua ini adalah kelopak matanya berwarna biru sangat pucat.
2) Kakatua koki besar atau kakatua-besarjambul-kuning (C.g. triton)
Penyebaran kakatua koki besar meliputi daerah di sekitar P. Papua. Kakatua ini sering disebut kakatua koki besar karena tubuhnya lebih besar dari pada C. g. eleonora. Panjang sayapnya antara 26,1—34,7 cm. Kelopak matanya berwarna biru muda. Dua anak jenis lain yang terdapat di Australia, yaitu C. g. galerita yang penyebarannya di sekitar Australia dan C.g.fitzroyi yang penyebarannya di sekitar Australia bagian utara.
b. Status populasi
Di alam, populasi kakatua koki menunjukkan angka yang stabil dan relatif aman, yakni tercatat sekitar 500.000 ekor. Di Indonesia, pengikisan populasi kakatua koki terjadi karena perusakan habitat yang berupa hutan dataran tinggi (sampai sekitar 1.000 m dpl), pembunuhan karena dianggap hama pengganggu tanaman jagung, serta ditangkap secara liar dan semena-mena untuk diperdagangkan sebagai hewan kesayangan.
Sebagai upaya pelestariannya, kakatua koki ditetapkan sebagai burung yang dilindungi sejak tahun 1978 melalui SK Menteri Pertanian No. 742/Kpts/Um/12/1978 dan dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Burung ini, terutama ras ukuran besar (C.g.triton), mempunyai kemampuan untuk menirukan suara-suara di sekelilingnya (burung pelatah) serta mempunyai perilaku yang lucu dan jinak terhadap manusia.
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/cacatua-sulphuera.gif?w=270&h=3004)Kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea)










Cacatua sulphuera
Jenis kakatua ini berasal dari Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur.
a. Deskripsi
Panjang tubuh berkisar antara 33—35 cm.
b. Anak jenis
Jenis kakatua ini mempunyai 4 anak jenis (subspesieslras) yang ciri-cirinya dapat dilihat pada Ta
Keempat anak jenis tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea sulphurea). Ras ini dijumpai di P. Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, seperti Mina, Butung, Tanah Jampea, Kayuadi, Kaleo, Kalatoa, Madi, dan Kep. Tukangbesi.
2)      Kakatua putih kecil jambul jingga (C. s. titrinocristatd), dijumpai di P. Sumba.
3)      Kakatua kecil abbot (C. s. abboti) yang dijumpai di p. Masalembo dan P. Masakambing.
4)      Kakatua timor (C. s. parvula): dijumpai di Nusa Tenggara, seperti di P. Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, Padar, Flores, Pantar, Alor, Semau dan Timor.
c. Status populasi
Di seluruh dunia, burung kakatua jenis ini diperkirakan ada 40.000 ekor, meliputi in situ dan ex situ. Sementara setiap anak jenis raempunyai tingkat kelangkaan yang berbeda. Untuk anak jenis sulphurea populasi terbanyak yang masih dapat bertahan terdapat di P. Buton, yakni 50—100 ekor pada sensus tahun 1997.
Anak jenis parvula tersebar di di beberapa pulau di Nusa Tenggara, di antaranya yang mempunyai populasi terbanyak dilaporkan di P. Komodo sebanyak 85—90 ekor (sensus 1995) dan di P. Moyo diperkirakan ada 1.600 ekor (sensus 1981).
Anak jenis citrinocristata diperkirakan antara 1.150—2.644 ekor (analisa tahun 1995) yang telah mengalami penurunan populasi terparah pada tahun 1986—1989, yakni mencapai 80%.
Anak jenis yang paling langka, yaitu abboti yang saat ini hanya tersisa 5 ekor saja di P. Masakambing (sensus tahun 1997). Kecenderungan kelangkaan ini terutama disebabkan oleh penangkapan untuk diperdagangkan dan juga karena perasakan liabitat alaminya.
Berdasarkan catatan menunjukkan bahwa perdagangan ekspor jenis kakatua-kecil jambul-kuning mencapai sekitar 100.000 ekor pada tahun 1980—1992. Sementara di habitat yang beragam mulai dari daerah perkebunan, tepi hutan sampai luitan dengan ketinggian 800 m dpl terus mengalami pi’ngikisan.
Jenis kakatua ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Kl No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Salwa Liar.
5)      http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/cacatua-moluccensis.jpg?w=750. Kakatua maluku (Cacatua moluccensis)









Cacatua moluccensis
Sesuai namanya, burung ini berasal dari pulau rempah, yaitu Maluku.
a. Deskripsi dan penyebaran
Panjang tubuh kakatua maluku antara 40—50 cm. Bulu dan jambulnya berwarna merah muda. Kelopak matanya putih. Paruhnya berwama hitam. Gerakannya lambat. Penyebarannya meliputi P. Seram, Saparua, dan Haruku yang terdapat di Maluku.
b. Status populasi
Kakatua maluku hidup di dataran rendah antara 100—1.200 m dpl di daerah hutan primer dataran rendah. Populasinya terus menurun dan saat ini jumlahnya diperkirakan tinggal sekitar 8.000 ekor saja. Salah satu sebab penurunan populasi karena perdagangan yang pernah mencapai 5.000 ekor per tahun pada 1981—1985. Kini jenis ini menjadi rentan dan dimasukkan ke dalam apendiks ICITES. Jenis ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
3. Kelompok Nuri
Ciri khas burang nuri adalah bentuk lidah dan cara makannya. Lidah nuri mempunyai permukaan yang mirip dengan sikat. Dengan bentuk permukaan yang demikian maka cara makannya adalah dengan menjilat. Jenis pakannya berupa buah-buahan, madu, dan tepung sari bunga (nektar). Warna bulu pada nuri sangat beraneka ragam. Penyebarannya terdapat di daerah Indonesia bagian Timur, Papua Nugini, Kepulauan Pasifik, dan Australia.
1)      . Kasturi kepala-hitam atau nuri-merah kepala-hitam (Lorius lory)
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/nuri-kepala-hitam.jpg?w=750
Nuri kepala hitam
Salah satu hal yang menjadi daya tarik jenis nuri ini adalah kepandaiannya berbicara dan berwarna indah sehingga banyak dicari orang.
a. Deskripsi dan penyebaran
Kasturi atau lebih dikenal dengan sebutan nuri mempunyai bentuk ekor yang melebar. Dada bagian atas dan kepala berwarna merah. Bagian mahkota kepala berwarna hitam. Bagian kepala bawah dan mantel berwarna ungu tua yang berlanjut sampai dada sehingga berbentuk seperti kalung. Paha dan bagian bawah ekor berwarna biru turkis. Daerah pinggang berwarna merah dan ekor bagian atas berwarna biru turkis. Sayap bagian atas berwarna bijau dan sayap bagian bawah berwarna merah. Berat tubuh antara 200—240 g dan panjang tubuhnya sekitar 31 cm.
Penyebaran jenis nuri ini meliputi daerah kepala burang Papua dan sekitarnya, seperti P. Batanta, Salawati, dan Misool.
b. Anak jenis
Kasturi kepala-hitam mempunyai 7 anak jenis, yaitu L. l. lory, L .1. erythrothorccc, L. l. somu, L. l. salvadorii, L .1. viridicrissalis, L. Ljobiensis, dan L. l. cyanauchen.
  1. L l. lory. Ciri yang nyata pada anak jenis L. l. lory ini adalah warna biru pada daerah tengkuk dan melebar ke arah punggung sampai ke bagian dada, perut, serta tungging. Pada sayap bagian bawah mulai dari pangkal sayap sampai ke bagian ujung berwarna merah, kuning, dan hitam. Pada burang yang belum dewasa, mantel ungu di tengkuk belum menyatu dengan daerah perutnya. Penyebarannya meliputi bagian kepala burang Papua dan Papua llnral.
  2. L. l. erythrothorax (red-breasted lory). Ciri yang mudah dilihat dari L.l erythrothorax adalah mantelnya borwarna ungu melingkar tidak penuh pada bagian leher. Pada bagian punggung, dada, dan tungging terdapat warna biru yang terpisah satu saina lain. Pada sayap bagian bawah mempunyai warna yang mirip donganL. l. lory. Penyebarannya meliputi Papua bagian selatan yang meluas ke arah Papua Nugini (di utara sampai Semenanjung Onin dan di sclatan sampai Semenanjung Huon).
  3. L. l. somu (nuri somu). Ciri pada anak jenis ini adalah tiadanya mantel ungu di tengkuk. l’enyebarannya meliputi P. Papua bagian tengah.dan daerah bagian selatan PapuaNugini.
  4. L.l. salvadorii (nuri salvadori). Ras nuri ini mirip dengan L. l. erythrothorca, tetapi warna ungunya lebih dominan dibanding hitam. Warna ungu ini meluas sampai daerah bawah sayap. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari Aitape sampai Teluk Astrolabe.
  5. L. l. viridicrissalis. Anak jenis viridicrissalis mirip dengan anak jenis salvadorii, tetapi warna daerah dadanya lebih dominan hitam serta meluas sampai bawah sayap. Penyebarannya meliputi P. Papua bagian utara, dari Teluk Humboldt sampai Sungai Memberamo.
  6. L. l.jobisiensi (nuri jobi). Ciri nuri jobi hampir mirip dengan L. l. salvadorii, tetapi warna merah di dada dan ungu di bagian mantelnya lebih pucat. Penyebarannya meliputi P. Yapen dan Mios Num di Teluk Geelvink.
  7. L. l. cyanauchen (nuri biak). Ciri khas nuri biak adalah warna biru pada bagian tengkuknya bersatu dengan warna hitam di mahkotanya. Mantel ungu ini melingkar tidak penuh. Pada bagian punggung terdapat pula warna biru yang melebar ke bagian dada teras ke arah tungging. Pada sayap bagian bawah terdapat warna biru, kuning, dan hitam yang tersusun dari pangkal sampai ke ujung sayap. Penyebarannya hanya terdapat di P.
Biak di Teluk Geelvink.


c. Status populasi
Burung ini tersebar luas di P. Papua dan sekitarnya, teratama di daerah dataran rendah. Populasinya diperkirakan lebih dari 100.000 ekor. Jenis nuri ini dilindungi sejak tahun 1970 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/1970. Warna utamanya merah dengan bagian kepalanya berwarna hitam. Pada bagian leher terdapat kalung berwarna biru keunguan. Sayapnya berwarna hijau.
2)      . Perkici dora atau nuri ornet (Trichoglossus ornatus)
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/trichoglossus-ornatus.jpg?w=300&h=210
Trichoglossus ornatus atau perkici dora
Jenis nuri ini sangat menarik karena warna-warni bulunya terlihat seperti pelangi.
a. Deskripsi dan penyebaran
Secara sepintas, nuri ornet sangat mirip dengan nuri pelangi (T. haematodus). Perbedaannya, pada bagian pipi nuri ornet berwarna merah, sedangkan nuri pelangi berwarna biru tua atau hitam. Panjang tubuh sekitar 25 cm dan berat tubuh antara 110—130 g. Penyebarannya meliputi P. Sulawesi dan sekitarnya.
b. Status populasi
Habitat alaminya berupa hutan pegunungan sampai ketinggian 1.000 m dpl, tetapi tidak menyukai hutan yang lebat. Populasi di alam diperkirakan lebih dari 50.000 ekor. Burung ini dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 757/Kpts/Um/12/1979 dan dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah PJ No. 7 Tahun 1999.




3)      . Nuri kabare atau kasturi raja (Psittrichas fulgidus)
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/psittrichas-fiilgidus.jpg?w=212&h=300
Psittrichas fulgidus
Ciri khas nuri kabare adalah bentuk parahnya seperti elang sehingga sering disebut nuri elang.
a. Deskripsi clan penyebaran
Bulu tubuhnya dominan berwarna merah dan hitam. Panjang tubuhnya 46 cm. Burung ini mempunyai ukuran tubuh yang terbesar di antara kelompok nuri. Perbedaan morfologi antara burung jantan dan betina, terletak pada “sejumput” bulu berwarna merah di belakang mata pada burang jantan, sedangkan pada burung betina tidak dijumpai.
Habitat alaminya berapa hutan dataran tinggi Papua yang terletak pada ketinggian 100—1.800 m dpl dengan luas sekitar km2.
b. Status populasi
Populasi di alam diperkirakan berjumlah di atas 10.000 ekor dan cenderung terus menurun akibat tekanan eksploitasi. Jenis ini mempunyai status dilindungi sejaktahun 1978 melalui SK Mentan No. 742/Kpts/Um/12/1978 dan dipertegas dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.






4)      . Kasturi tengkuk-biru atau nuri merah kepala biru maluku (Lorius domicella)
Jenis nuri ini hanya dapat ditemukan di Maluku.
a. Deskripsi dan penyebaran
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/lorius-domicella.jpg?w=300&h=283
Lorius domicella atau kasturi tengkuk biru
Warna tubuh nuri jenis ini pada umumnya merah tua. Pada bagian leher terdapat “kalung” kuning. Bagian mahkota kepala berwarna hitam agak violet. Sayapnya hijau. Mata dan paruhnya merah oranye. Panjang tubuh antara 28—29 cm. Berat antara 200—250 g. Kasturi tengkuk-biru maluku serupa dengan nuri punggung-kuning (L. chlorocercus), tetapi dapat dibedakan dengan “kalung” warna kuningnya lebih sempit serta warna ungu pada bagian mahkota kepala belakangnya.
Penyebarannya meliputi daerah P. Seram. Dahulu pernah tercatat dijumpai juga di P. Ambon dan P. Buru.
b. Status populasi
Habitat nuri merah kepala biru maluku berapa hutan primer pada ketinggian 500—1.000 m dpl. Namun, dewasa ini habitat Lorius domicella sudah merambah sampai perkebunan pepaya dan pisang. Populasi nuri ini semakin terancam kepunahan akibat deforestasi dan penangkapan yang membabi buta. Pada tahun 1991, populasinya diperkirakan sekitar 20.000 ekor. Saat ini populasinya diperkirakan mengalami sedikit kenaikan.
Nuri ini masuk dalam daftar jenis burung yang dilindungi sejak tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/i972 dan diperkuat dengan Lampiran Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999.
5)      . Nuri talaud (Eos histrio)
Pada sidang CITES tahun 1994 di Florida, nuri talaud dikate-gorikan dalam Apendiks I.
a. Deskripsi dan penyebaran
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/eos-histrio-atau-nuri-talaud.jpg?w=225&h=300
Warna dominan nuri talaud adalah merah dan biru. Ciri utamanya adalah biru pada bagian dada dan mantel (sayap) yang memanjang sampai sekitar mata serta melebar sampai bagian belakang kepala. Bulu bagian skapula (pangkal sayap dekat daerah punggung), paha, dan bulu terbangnya berwarna hitam, parah berwarna kuning kemerahan, dan iris mata berwarna cokelat kehitaman. Panjang tubuhnya antara 30—31 cm dan berat tubuhnya antara 150—190 g. Ciri pembeda adalah warna biru yang melebar di bagian dada dan di belakang kepala.
b. Anak jenis
Terdapat 3 anak jenis nuri talaud sebagai berikut:
  1. E.h.histrio terdapat di Kepulauan Sangihe.
  2. E. h. talautensis terdapat di pulau-pulau di Kepulauan Talaud.
  3. E.h. challengeri terdapat P. Miangas dan di Kepulauan Nanusa.
Perbedaan morfologi ketiga anak jenis tersebut tidaklah terlalu jelas. Anak jenis E. h. histrio agak lebih besar dibanding E. h. talaut-ensis. Selain itu, pada E. h. histrio mempunyai lebih banyak warna hitam di bagian sayap dan garis biru yang lebih besar di bagian dada. Pada anak jenis E. h. challengeri memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan kedua anak jenis lainnya serta warna birunya tidak terlalu banyak.
c. Status populasi
Populasi di alam sudah sangat jarang yaitu antara 5.000—10.000 ekor saja yang cenderang terus menuran. Habitat aslinya berapa hutan dengan luas hanya meliputi 1.000 km dan terletak pada ketinggian antara 0—500 m. Ancaman serius terhadap populasinya adalah eksploitasi. Oleh karenanya, dalam sidang CITES di Florida pada tahun 1994 menempatkan nuri talaud dalam kategori Apendic I.
Sementara di Indonesia termasuk di dalam daftar jenis burang yang dilindungi sejak tahun 1979 melalui undang-undang No. 757/Kpts/Um/12/1979 kemudian diperjelas lagi dengan eraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999.
4 . Kelompok Betet
Betet mempunyai bentuk lidah dan cara makan yang serupa dengan kakatua. Bentuk dan struktur lidah betet tidak sekuat dan sekokoh lidah kakatua, tetapi lebih kuat dibanding nuri. Selain itu, yang membedakan kelompok betet dengan kakatua adalah tidak adanya bulu jambul yang dapat ditegakkan di kepalanya.
Warna bulunya tidak sekaya nuri, tetapi umumnya terbatas pada warna hijau dan merrah saja. Penyebaran anak kelompok betet ini adalah yang terluas di antara bangsa paruh bengkok.
Anggota kelompok ini dapat dijumpai di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, dan sekitar Kepulauan Pasifik. Beberapa jenis burung anggota kelompok betet di antaranya nuri bayan, betet-kelapa punggung-biru, serindit paruh-merah, dan serindit sangihe.
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/eclectus-roratus-roratus-atau-bayan.jpg?w=227&h=300
Eclectus roratus atau bayan

1)      . Nuri bayan atau bayan (Eclectus roratus)
Jenis kelamin nuri bayan dibedakan berdasarkan warna pada bulu tubuhnya.
a. Deskripsi
Burung ini berukuran 35 cm. Terdapat perbedaan morfologi yang mencolok antara burung jantan dan betina. Pada burung jantan, warna dominannya hijau dengan sedikit bercak merah pada bagian sayap sebelah dalam. Sementara pada burung betina warna utamanya merah dengan atau tanpa bercak ungu pada bagian dada serta kuning pada bagian ujung ekornya.
b. Anakjenis
Nuri bayan mempunyai 7 anak jenis yang 2 anak jenis di anlaranya tidak terdapat di wilayah Indonesia. Dua anak jenis yang tidak terdapat di Indonesia, yaitu nuri bayan Australia (£. r. magillivrayi) yang terdapat di Semenanjung York, Australia dan nuri bayan solomon (E. r. solomonensis) yang terdapat di P. Solomon.
Sementara 5 anak jenis yang terdapat di Indonesia, yaitu nuri bayan maluku selatan (E. r, roratus), nuri bayan maluku utara (E. r. vosmaeri), nuri bayan sumba (E. r. cornelia), nuri bayan tanimbar (E. r. ricdeli), dan nuri bayan papua (E. r. polychloros).
Ke-5 anak jenis ini dapat dibedakan berdasarkan warna pada burung betina.
  1. Nuri bayan maluku selatan. Pada betina ditandai dengan warna ungu yang menutup seluruh bagian dada dan perutnya. Sementara pada burung jantan terdapat bercak merah pada bagian dada, hitam pada ekor bagian dalam, dan kuning muda pada ujung ekor bagian dalam. Anak jenis ini terdapat di daerah Kepulauan Maluku bagian selatan, yakni di P. Buru, Seram, Ambon, Saparua, dan Haruku.
  2. Nuri bayan maluku utara. Burung betina hampir mirip dengan nuri bayan maluku selatan (E. r. roratus), tetapi warna kuning selain pada ujung ekor bagian dalam juga terdapat pada tunggir. Anak jenis ini terdapat di daerah Maluku Utara.
  3. Nuri bayan sumba. Burung betina mirip dengan nuri bayan maluku selatan (E. r. roratus), tetapi tidak dijumpai kalung ungu di daerah dada dan perutnya. Pada burang jantan disertai dengan warna merah. Penyebaran anak jenis ini hanya terdapat di P. Sumba.
  4. Nuri bayan tanimbar. Burung betina mirip dengan nuri bayan sumba (E. r. riecfe/i), tetapi warna kuning selain pada ujung ekor bagian dalam juga terdapat pada tunggirnya. Selain itu, pada bagian punggungnya berwarna kelabu. Penyebaran anak jenis ini hanya terdapat di P. Tanimbar.
  5. Nuri bayan papua. Burung betina mirip dengan nuri bayan maluku selatan (E .r. roratus), tetapi tanpa warna kuning di ujung ekornya. Pada malanya terdapat lingkaran berwarna biru. Anak jenis ini terdapat di Pulau Papua (Papua dan Papua Nugini).
c. Status populasi
Populasi nuri bayan di dunia diperkirakan di atas 300.000 ekor. Di alam, habitat burung ini cukup beragam dari hutan sampai daerah Niivana, mangrove, perkebunan kelapa, dan hutan kayu putih di ketinggian sampai 1.900 m dpl. Namun, paling umum dijumpai di hutan dataran rendah, pesisir, dan perkebunan. Nuri bayan dijumpai hidup sendiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil.
Nuri bayan mulai dilindungi sejak tahun 1972 melalui SK Menteri Pertanian No.327/Kpts/Um/7/1972, dan dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999. Sementara anakjenis yang cukup kritis populasinya adalah nuri bayan sumba.
2)      . Serindit paruh-merah atau serindit sulawesi (Loriculus exilis)
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/loriculus-exilis.jpg?w=300&h=300
Serindit paruh merah
Jenis burung ini termasuk burung yang mungil karena hanya berukuran sekitar 10 cm.
a. Deskripsi dan penyebaran
Jenis nuri ini berukuran kecil sekitar 10 cm. Kebiasaan yang menarik dari burang ini adalah selalu beristirahat dengan bergantungan pada kawat atau ranting pohon, dengan posisi kaki di atas dan kepala di bawah. Warna dominan adalah hijau dengan punggung berwarna merah.
Pada jantan, daerah tenggorokan berwarna merah. Sementara pada betina, warna merah ini akan mengecil atau hilang sama sekali. Paruhnya merah. Mahkota hijau. Penyebaran burung ini hanya terdapat di P. Sulawesi. b. Status populasi Di alam populasinya diperkirakan lebih dari 10.000 ekor, yang menghuni daerah hutan, hutan bakau pesisir, sekitar kampung dan daerah terbuka. Burang ini dapat hidup dari dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl.
Jenis ini dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 757/Kpts/Um/12/1979, dan dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/loriculus-catamene-atau-serindit-sangihe.jpg?w=300&h=247
Loriculus catamene atau serindit sangihe
3)      . Serindit sangihe (Loriculus catamene)
Serindit sangihe merapakan burung endemik di P. Sangir yang terletak di sebelah utara Sulawesi.
a. Deskripsi dan penyebaran
Serindit sangihe berukuran kecil (13,5 cm). Tubuh didominasi warna hijau. Mahkota dan tenggorok bewarna merah. Paruhnya hitam dan iris putili kekuningan. Burung ini endemik di P. Sangir, di utara Sulawesi.



b Status populasi
Burung ini sudah sangat jarang dijumpai semenjak vegetasi di habitatnya diubah jadi perkebunan kelapa. Tercatat populasi terbesar yang pernah dijumpai sebanyak 17 ekor burung pada tahun 1985). Burung ini dilindungiberdasarkan Peraturan Pemerintah RI No, 7 Talum 1999.
4).Betet-kelapa punggung- biru dan kastura sulawesi (Tanygnathus sumatranus).
a. Diskripsi dan penyebaran
http://kicauan.files.wordpress.com/2010/06/lanygnathus-sumatranus.jpg?w=300&h=225
Salah satu jenis betet
Tubuh didominasi warna hijau; bagian bawah dan mantel berwarna hijau kekuningan pada jantan, dan hijau tua pada betina serta biru muda pada tepi bulu sayap; punggung dan daerah pinggang berwarna biru; ujung ekor berwarna hijau kekuningan pada burung jantan, paruh berwarna merah, dan betina berwarna putih krem. Iris kuning muda. Panjang tubuh sekitar 32 cm.
Penyebaran burung ini terdapat di P. Sulawesi dan sekitarnya.
b. Anakjenis: Betet-kelapa punggung-biru mempunyai 4 anak jenis sebagai berikut.
  1. Tanygnathus sumatranus sumatranus (mulleri mulleri) yang tersebar di daerah Sulawesi dan sekitarnya.
  2. T. s. sangirensis ditandai dari pangkal sayap dan penutup kecil berwarna lebih biru, kepala lebih hijau gelap daripada badan, dan iris berwarna kuning. Penyebaran meliputi P. Sangir dan Karakelong.
  3. T. s. burbidgii dicirikan dari warna bulu hijau lebih tua, daerah sekitar leher lebih terang; dan iris berwarna kuning. Penyebarannya meliputi Kepulauan Sulu.
  4. T. s. everetti, T. s. duponti, dan T. s.freeri ditandai dengan iris berwarna merah. Burung ini tersebar di wilayah Filipina.
c. Status populasi
Habitatnya berapa hutan dataran rendah, pinggiran hutan, perkebunan, dan persawahan sampai di ketinggian 800 m dpl. Kastura sulawesi hidup berpasangan atau kelompok kecil. Sering kali burung ini merupakan hama yang menyerang perkebunan jagung. Perilakunya aktif di waktu malam. Populasi di seluruh dunia tercatat sekitar 50.000 ekor.
Akibat tekanan lingkungan maka jenis ini dilindungi sejak tahun 1979 melalui SK Mentan No. 757/Kpts/Um/i2/i979, dan dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999.
Sumber: Perawatan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang Dilindungi, karya Widyabrata Prahara, penerbit Penebar Swadaya.
PROBLEM UTAMA BURUNG PARUH BENGKOK1.Gampang rontok bulu2. Nyekukruk tidak semangat+ Gampang rontok bulu, penyebabnya antara lain (1) Makanan mengandung lemak dan/atau kalori tinggi sehingga membuka pori-pori kulit; (2) Bulu belum kuat sudah banyak aktivitas; (3) Selama masa mabung tidak mendapat asupan nutrisi yang baik, terutama mineral. Untuk masalah asupan mineral, bisa gunakan Bird Mineral selama masa mabung atau pasca mabung..
P. KEGUNAAN / KERUGIAN
1)      Sumber protein hewani (daging dan telurnya).
2)      Telur ayam dan itik untuk ramuan obat-obatan atau membuat kue.
3)      Sebagai bahan perindustrian, contoh shuttle cock untuk bulu tangkis dibuat dari bulu plumae, sedang selimut, bantal, kasur dibuat dari bulu plumulae (itik, ayam, angsa, dan lain-lain).
4)      Membuka lapangan kerja dengan beternak ayam, itik, angsa, merpati, parkit, dan perkutut. Terutama burung walet.
5)      Burung dilatih dan dilombakan, contoh: merpati pos untuk mengantar surat, lomba suara perkutut, dan lain-lain.
6)      Berbagai burung diawetkan utuh dengan mengganti isi perutnya dengan kapas sehingga tampak seperti masih hidup (taxidermi).
7)      Untuk dinikmati suaranya dan keindahan bulunya.
8)      Sebagai predator alami. Burung-burung pemakan insekta juga berperan sebagai pengendalian hayati alamiah.
9)      Di bidang sains dipergunakan untuk praktikum para siswa dan mahasiswa.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Nama kelas “Aves” berasal dari bahasa Latin yang berarti burung, Ilmu yang mempelajari burung Ornithologi yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ornis”. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves atau burung memiliki ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves adalah satu-satunya kelompok hewan yang memiliki bulu, (jangan salah mamalia berambut, bukan berbulu). Hal ini merupakan keunikan tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Berikut adalah uraian singkat tentang kelas aves.
v  Tubuh ditutupi bulu
v  Memiliki 2 pasang anggota tubuh; 2 anggota tubuh depan dimodifikasi menjadi sayap yang digunakan untuk terbang; 2 anggota tubuh belakang dimodifikasi untuk berjalan, bertengger, atau berenang; setiap kaki dilengkapi dengan 4 jari; kaki dan jari ditutupi kulit yang mengalami kornifikasi.
v  Skeleton tersusun atas tulang sejati; mulut dilengkapi paruh dengan zat tanduk; tidak memiliki gigi (kecuali unggas yang sudah punah); leher sangat fleksibel; pelvis mengalami fusi dengan beberapa vertebra dan terbuka ke bagian ventral; sternum membesar; vertebra ekor pendek dan mengecil ke arah posterior.
v  Jantung terdiri dari 4 ruangan (2 serambi dan 2 bilik terpisah sempurna); sel darah merah berbentuk oval bikonveks dan memiliki nukleus.
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun dan diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Fungsi Suara Pada Burung
1.      Fungsi suara yang utama pada burung adalah untuk bertasbih kepada Allah SWT. Jangan Anda beranggapan bahwa kicauan burung-burung adalah sebuah kesenangan semata, tetapi burung-burung tersebut sedang bertasbih dan membesarkan asma Allah, Rabb Maha Pencipta. Bukankah Al Qur’an menjelaskan bahwa semua yang ada di permukaan bumi bertasbih kepada Allah, Tuhan Yang Menciptakannya [Al Qur’an Surat Al Israa’ ayat 44].
2.      Pada burung, suara juga berfungsi dalam menandai wilayah kekuasaan (klaim teritorial) dan atraksi sebelum mengawini pasangannya (Lundberg dan Alatalo, 1992). Selain itu.
Sistematis pencernaan makanan pada burung :
Mulut / paruh → Kerongkongan → Tembolok → Lambung kelenjar →
Lambung pengunyah → Hati → Pankreas → Usus halus → Usus besar →
Usus buntu → Poros usus (rectum) → Kloaka.
Pernafasan Burung:
1.      Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan O2 berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong udara.
2.      Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2 dan O2 dapat berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.
peredaran darah burung. Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran darah, dan pembuluh-pembuluh darah. Darah pada burung tersusun oleh eritrosit berbentuk oval dan berinti.
Susunan saraf pada burung serupa dengan susunan saraf pada manusia dan hewan menyusui.Segala kegiatan saraf di atur oleh susunan saraf pusat.
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum belakang.Otak burung juga terdiri atas empat bagian ,otak besar,otak tengah,otak kecil dan sum-sum lanjutan.Selain otak kecil maka otak besar pada burung juga bisa tumbuh dengan baik.Otak besar burung berbeda dengan otak besar pada manusia.

System reproduksi
a.  Sistem Genitalia Jantan.
Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian- permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
b.  Sistem Genitalia Betina.
Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.
Contoh habitat aves
1.       Hutan
2.       Perkotaan/ pedesaan
3.       Wilayah kutub
4.       Padang rumput
5.      Pesisir pantai
Mamfaat
1)      Sumber protein hewani (daging dan telurnya).
2)      Telur ayam dan itik untuk ramuan obat-obatan atau membuat kue.
3)      Sebagai bahan perindustrian, contoh shuttle cock untuk bulu tangkis dibuat dari bulu plumae, sedang selimut, bantal, kasur dibuat dari bulu plumulae (itik, ayam, angsa, dan lain-lain).
4)      Membuka lapangan kerja dengan beternak ayam, itik, angsa, merpati, parkit, dan perkutut. Terutama burung walet.



DAFTAR PUSTAKA
Campbel, Reece, Mitcaell, JILID 2. 1925 / 1974. Biologi Edisi Kelima Ciracas Jakarta: erlangga.
Sudjadi bagod, laila siti. 2006. Biologi sains dan kehidupan surabaya: yudhistira
Kurniati tuti. Dkk. 2009, zoologi vertebrata. prodi pendidikan biologi fakultas tarbiyah dan keguruan uin sgd bandung.
http://www.infoburung.com/2010/03/burung-sejarah-dan-kontroversinya_9355.html
http://iqbalali.com/2008/10/07/aves-bulu-burung/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar